Yuna menepuk nepuk kepalanya Hueningkai pelan pelan. Hari ini Hueningkai sakit. Tidak masuk sekolah juga. Yuna yang mendapat kabar tadi subuh, pagi sekali belum sarapan sudah menuju ke rumahnya Hueningkai.
Mama Sojung saat ini sedang membuat makanan di dapur. Papa sudah berangkat. Jadi Yuna yang menemani Hueningkai.
Suhu tubuhnya Hueningkai sih, sudah cukup normal, hanya saja ketika ditanyai, Hueningkai masih enggan membuka matanya. Dia berkata kalau matanya sangat berat dan kepalanya semakin pusing ketika membuka mata.
Yuna akhirnya hanya bisa menemaninya saja. Kadang juga gabut. Mami sempat heran kenapa putrinya ini baru selesai subuh sudah keluar dari rumah.
Ternyata menjenguk Hueningkai yang sakit.
Beberapa saat kemudian Mama Sojung datang. Membawa jaket di tangannya. "Yuna ayo ikut ke rumah sakit? Kita cek Hueningkai ke dokter dulu."
Yuna akhirnya mengangguk setuju. Bagaimanapun Juga Hueningkai terlihat sangat lemah. Yuna memakai jaket yang diulurkan Mama Sojung. Kemudian membangunkan Hueningkai selagi Mama sedang menyiapkan mobil di bawah.
"Hmm?"
"Ayo bangun dulu. Kita ke rumah sakit."
Hueningkai mengerjab sebentar. Mendadak kepalanya terasa semakin pusing ketika mendapati cahaya dari luar kamar. Kernyitan di dahinya menandakan kalau dia tidak baik baik saja.
Yuna bergerak cepat membawa tubuhnya untuk menutup gorden. Kemudian kembali menghampiri Hueningkai. "Bentar ya aku ambilin jaket."
Yuna masuk ke ruang ganti milik lelaki itu, kemudian mencari jaket yang cukup tebal.
Setelah menemukan jaketnya, Yuna segera memakaikannya pada Hueningkai yang masih duduk di atas ranjang. Lelaki itu sama sekali tidak berinisiatif untuk turun atau apalah itu. Kepalanya terlalu pusing dan badannya juga terlalu lemah.
"Haduh, kok bisa gini sih?"
Yuna menarik sedikit tangannya untuk berdiri. Kemudian menggandengnya. "Kita mau turun ke bawah. Kalo lo pusing, pegang gue yang kenceng ya. Jangan lihat bawah kalo pandangan lo kunang kunang. Nanti gue yang bakal nuntun."
Hueningkai hanya mengangguk.
Yuna benar benar menuntun lelaki itu. Setelah keluar kamar, dia melihat di tangga ada Soobin dan Lia yang berbincang. Yuna sedikit bingung kenapa mereka disana. Keduanya langsung tersadar ketika Yuna dan Hueningkai menutup pintu kamar. Soobin menghampiri mereka dengan raut cemas. Dia menyentuh dahinya Hueningkai sebentar. Kemudian mengernyit. "Jangan jangan anemianya kumat, lagi."
Hueningkai masih menunduk. Terlalu lemas.
Yuna meringis. "Iya itu bang. Mana badannya tuh lemes banget. Dia kayak gak mau bangun sama sekali dari tadi. Kayak hilang tenaga."
Lia meringis. Dia khawatir juga melihat Hueningkai yang benar benar lemas. Soobin akhrinya yang membantu Hueningkai menuruni tangga.
"Kita gak bisa nganterin, te. Kita ada kelas pagi. Nanti kalo ada apa apa, kalo sempat kabarin kita ya? Siapa tau butuh bantuan," Soobin berkata pada Mama Sojung yang berdiri di ambang pintu.
Lia mengangguki perkataannya Soobin. "Iya te. Nanti kita bisa bantu bantu."
Mama Sojung akhirnya mebgangguk. "Iya, makasih nak."
Mereka semua keluar dari rumah. Lia menepuk nepuk kepalanya Yuna. "Titip Kai dulu ya. Maskernya jangan lupa di pakek. Di rumah sakit banyak virus."
Yuna mengangguk. Mereka segera masuk ke dalam mobil setelah Mama Sojung mengunci pintu rumah.
---Tetangga---
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga [TXT X ITZY]
Hayran KurguTentang lima cowok dan lima cewek yang tinggal di dalam satu lingkup lingkungan. Banyak ributnya. Tapi sayang satu sama lain. Namanya juga tetangga. Apalagi para Emak emak dan bapak bapaknya yang juga gak kalah heboh. Writen by CeuNaya.