45.

1.1K 150 66
                                    

Akhirnya sekarang mereka berlima berkumpul.

Yeji, Lia, Ryujin, Chaeryeong dan Yuna. Kelima gadis itu sama sama gabut tadinya. Berawal dari Yeji yang mendatangi rumah Lia karena gabut di rumah. Kemudian Lia yang kesal karena kamarnya diacak acak oleh Yeji, akhirnya membawa gadis itu ke rumahnya Ryujin. Berniat numpang wifi dan camilan gratis. Ternyata di rumah Ryujin sudah ada Yuna yang dari kemarin pundung gara gara masalah olshop favorit dengan Hueningkai.

Setelahnya datang Chaeryeong yang dengan baik hatinya membawakan lima bungkus mie ayam untuk dimakan mereka berlima.

"Tumben banget sih bawa mie ayam?" Yeji yang sedang asyik mengunyah akhirnya bertanya.

Chaeryeong mengernyit sebentar. "Syukuran? Gue kepilih jadi leader jurusan kimia angkatan ini. Seneng bangettt, terus ada inisiatif gitu mau beliin kalian makanan. Niatnya sih, pengen beliin sekalian sama anak anak cowok. Tapi uang gue gak cukup," diakhiri dengan cemberut.

Lia terkekeh kemudian mengusap kepala Chaeryeong. Sedangkan yang lain mulai menertawakan.

"Iya tuh. Pasti rempong banget masuk jurusan kimia. Banyak keperluannya buat disiapin. Akhirnya bokek deh," Ryujin mencibir.

Yuna yang tadinya pundung parah, sekarang juga bisa tertawa.

Chaeryeong mengangguk. "Tapi bakalan lebih bokek kalo masuk ke kedokteran," sambil melirik Lia.

Lia tersenyum kemudian mengangguk miris. "Iya sih. Untungnya ayah pengertian banget. Uang tabunganku juga diganti waktu itu."

Yeji mengangguki. "Kedokteran perlunya banyak banget ya emangnya?"

Lia mengangguk ragu. "Aku pas awalan masuk kedokteran tuh, sama kakak kakak senior udah diancang ancang beli. Kayak stetoskop, termometer, tensimeter, penlight, buku kedokteran, dari dorland, sabatine, sobotta, buku tatalaksana, buku fisiologi, text book juga aku belinya banyak banget waktu itu. Anehnya, aku juga beli palu reflek yang entahlah. Padahal gunanya cuman pas blok neurologi kayaknya. Ayah bilang juga masih bisa pakai punya Bunda Wendy yang masih belum rusak. Tapi ternyata sama Taehyun malah udah lama dipakai buat ganjelin lemarinya bunda biar barangnya gak rusak yang didalem. Dan ternyata udah rusak."

Ryujin dan Yuna kompak memegang kepala. "Gue gak paham banget Mbak Lia ngomong apaan. Mana ada palu palu juga. Emang wajib beli ya perintilan kayak gitu? Mau jadi kuli apa dokter, anjir?"

Lia menggeleng. "Sebenarnya gak beli juga gak papa, Jin. Tapi waktu itu kemakan omongan ayah. Katanya biar nanti gak pinjem pinjem, terus pas dibutuhin, gak kesusahan dapetnya. Biar bisa langsung dipakai. Jadi ya- aku terprovokasi akhirnya beli banyak banyak. Termasuk bukunya. Padahal dorland aja udah ada e-booknya. Tapi aku masih aja beli bukunya yang tebel naudzubilah."

Yeji menggeleng tidak habis pikir. Disusul Yuna dan Chaeryeong yang meringis dan Ryujin hanya menganga tidak percaya.

"Lo, Ryujin. Gue belum tanya lo jadi masuk ke jurusan apa? Kita lagi jarang ketemu nih," Yeji menunjuk Ryujin dengan sumpitnya. Ryujin nyaris memekik karena sumpit itu tepat di depan matanya.

Ryujin meletakkan sumpitnya di dalam mangkuk yang sudah hampir kosong. Kemudian menompang dagu. Menatap keempat yang lain. "Gue- awalnya pengen ambil teknik nuklir, kalo gak astronomi gitu. Tapi belakangan gue dapet ceramah dari Bang Soobin. Katanya cewek cari jurusan yang wajar aja lah. Apalagi nuklir kan-"

Yeji mendengus. "Iye banget lo mau masuk ke teknik nuklir. Lo cewek, anjir!"

Ryujin mengangguk kecil. "Itunya gak jadi masalah sih. Tapi kayaknya gue harus mikir dua kali karena nanti kalo gue lulus mau jadi apa? Gitu."

Tetangga [TXT X ITZY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang