79.

886 131 17
                                    

Hueningkai panik.

Agak hiperbolis sih. Tapi memang panik. Yuna pergi sejak pagi dengan Sunoo, Hayi dan Doyoung. Sunoo dan Hayi sudah pulang sejak siang tadi. Tapi Yuna belum pulang, sampai sore ini.

"Belum bang. Gimana ini? Mau gue cariin apa gimana?"

"Gausah kali. Biar dia belajar berbaur juga. Gue nitip nanti kalo udah pulang, suruh dia cepet mandi terus istirahat. Gue kayaknya pulang malem lagi."

Hueningkai mendengarkan perkataan Soobin di sebrang telfon dengan seksama. "Oh oke. Nanti gue yang jagain dia."

"Kunci rumahnya gue titipin ke Tante Sojung. Lo minta aja, kalo Yuna udah pulang. Jangan sampek dia tidur kemaleman ya. Gue nitip dia."

Hueningkai mengangguk. Walaupun yakin sekali orang di seberang tidak mungkin melihatnya. "Oke, lo juga jangan kecapekan bang."

"Haha, sans. Maaf gue ngerepotin lagi."

"Its okay, Yuna udah kayak saudara gue sendiri."

Saudara, ya?

Terdengar hening sebentar di sebrang sana. Sampai suaranya Lia yang mengomel karena Soobin belum menghabiskan makanan, terdengar di telepon itu.

"Gue tutup."

Tuutt

Hueningkai menghela napas kembali. Menaruh ponselnya ke samping tubuhnya. Tangannya kembali meraih gitar. Memainkannya dengan random. Sampai gerutuan kecil dari orang di belakangnya mulai terdengar.

"Kak, jangan main gitar kalo gak bisa."

Hueningkai meringis. Mencomot satu kue bolu di toples yang dipangku Hayi. "Lo deket sama Sunoo Doyoung?"

Hayi diam sebentar. Kemudian menaikkan bahunya. "Engga terlalu deket sih. Cuman kita bertiga sejak SD satu sekolah terus. Sampek sekarang kita satu kelas gitu. Bangku kita juga deketan. Makanya kayak kelihatan akrab. Walaupun gak akrab akrab banget."

Hueningkai mengangguk kecil. Menghilangkan sedikit paniknya yang tadi terlalu berlebihan. "Dapet bolu dari mana dek?"

"Dikasih Kak Taehyun tadi pagi. Bundanya bagi bagi bolu."

Hueningkai mengangguk kecil.

Mereka berdua diam. Hayi sibuk memandangi tanaman hias di teras yang tersusun rapi oleh tangan Mama Sojung, sambil sesekali memakan bolunya. Sedangkan Hueningkai masih asal asalan bermain gitar sambil sesekali juga memakan bolu itu. Hingga akhirnya suara motor memecahkan suasana itu. Di halaman rumah mereka terlihat Kak Lea yang baru turun dari motor orang yang belakangan ini terlihat sering berkunjung kesini.

"Hati hati, Noa! Kalo hujan neduh ya!"

Setelah itu Kak Lea berjalan lemas ke arah mereka. Ingin mengambil bolu di toples yang dipangku Hayi, tapi langsung ditepis oleh Hueningkai.

"Apasih dek?"

"Cuci tangan dulu kek. Main ambil makanan aja."

Lea akhirnya mangap. Hayi terkekeh kemudian menyuapkan satu bolu ke dalam mulut kakaknya. Berakhir mulutnya penuh, berjalan ke dalam rumah sambil monyong monyong.

"Mendung nih."

Hueningkai mendongak melihat langit. Hayi benar. Mendung.

Semakin panik lah dia. "Tadi Yuna naik motor?"

Hayi mengangguk. "Iyalah!"

"Bawa jaket gak ya?"

Hayi diam sebentar. "Kayaknya cuman pakek kaos doang, deh tadi."

Tetangga [TXT X ITZY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang