38.

1.1K 158 13
                                    

Soobin menuangkan susu ke dalam mangkuk serealnya. Setelah memastikan kebutuhannya cukup, dia mengembalikan segala sesuatunya ke dalam kulkas kembali. Sepasang kaki panjangnya beranjak menuju ke tangga. Menaiki satu persatu anak tangga. Tangan kanannya memegang mangkuk sereal dengan tamgan kirinya memegang handponenya yang masih tersambung dengan orang di sebrang telepon.

Kemudian, menggumam tidak jelas menanggapi suara dari ponselnya.

"Bin?"

"Hmm?"

"Kamu ngerti gak sih kalo diajak aku ngomong? Kamu serius dengerin aku ngomong gak sih?"

Soobin menghela nafasnya. "Terus aku harus gimana Ren?"

"Ayo kabur aja. Aku gak mau nikah sama cowok lain!"

Soobin melotot. Kakinya yang mendorong pintu balkon agar terbuka, berhenti sejenak mendengar kalimat dari kekasihnya. Kemudian lanjut berjalan ke arah meja.

"Kamu sadar gak sih ngomong kayak gitu?"

Yiren di sebrang telfon sana diam. Tidak berani menyahuti perkataan dari Soobin. Terdengar hembusan nafas sebelum akhirnya Soobin kembali mengambil kata kata.

"Aku emang sayang sama kamu Ren. Aku juga pengen hubungan kita sampek lanjut ke pernikahan. Tapi kalo itu kehendaknya orang tua kamu, aku bisa apa?"

Yiren mencicit. Terdengar isakan kecil. "Aku gak mau, Bin. Aku gak mau dijodohin sama Lucas. Apalagi dia pacaran sama Yeji. Aku harus gimana?"

Soobin memijat pangkal hidungnya. Mendadak pusing mendengar segala fakfa di hari ini. Isakan disana terdengar semakin menyayat hati. "Yiren? Sayang, jangan nangis gitu," Soobin mengaduk serealnya. Kemudian melepaskan sendoknya kembali. Tidak ada gunanya. Dia tidak bisa berbuat apa apa pada saat ini.

"Aku emang sayang sama kamu. Tapi aku gak mungkin sampek bawa kamu kabur dari orang tuamu. Bukannya malah makin rumit nanti masalahnya? Aku gak mau kamu jadi anak yang menghianati orangtuanya. Dan aku juga gak mau bikin orangtuaku kecewa. Coba kamu pikir, kalo misal kita kabur. Semua orang bakalan sedih. Bukannya lebih baik kalo kita atasi masalah ini baik baik? Kita ngomong bareng bareng ke orang tua kamu? Bukan gini caranya."

Helaan nafas di sebrang terdengar kembali. "Kamu gak tau ayahku kayak apa. Dia gak suka omongannya dibantah."

Soobin menghela nafas kembali. Menerawang ke depan. Mengingat kembali pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan keempat dengan ayahnya Yiren. Yah, memang pria itu terlihat seperti tokoh antagonis dalam film film. Sepertinya sulit untuk membujuk orang keras seperti itu.

"Kalau gitu, coba kamu jalanin dulu apa keinginan orang tua kamu. Aku yakin, yang direncanakan setiap orang tua adalah yang terbaik buat anaknya. Begitu juga orang tua kamu. Dia pasti pengen yang terbaik buat kamu. Dan mungkin juga, dia masih ragu kalo aku yang jagain anaknya. Mungkin, aku bukan yang terbaik buat kamu, Ren."

Isakan disana terdengar semakin keras. Didukung dengan suara gemericik hujan. Soobin menghela nafas ketika gadis itu tidak kunjung menjawab. Matanya beralih menatap ke bawah. Ada Chaeryeong, Taehyun dan Beomgyu yang sedang menyapu halaman. Soobin menggeleng tidak habis pikir. Kenapa disaat angin berhembus kencang seperti ini, ketiga anak itu malah memiliki inisiatif menyapu sih?

Kembali lagi pada dirinya. Padahal dia sudah merencanakan segalanya untuk melamar Yiren bulan depan. Tapi yang didapat malah kabar seperti ini.

Apa ini bentuk karma karena dia terkesan bermain main menjalin hubungan dengan gadis berdarah china itu?

"Okay. Kita berhenti. Aku sadar sekarang. Kamu gak pernah mau sama hubungan ini. Dari awal emang cuman aku kan yang serius? Aku yang pertama nyatain perasaan, kamu yang beralasan pengen jalani hubungan pelan pelan sambil yakinin perasaan kamu. Yang nyatanya, bener ya perkataan orang orang. Kamu cuman main main, Bin. Kamu sayang sama Lia kan? Okey, sekarang kamu bebas. Kamu bisa deket sama Lia tanpa kepikiran aku bakal tersinggung lagi. Kepercayaanku, udah sampek sini aja. Kamu bener, aku bakalan nurutin apa mau orangtuaku. Meskipun itu gak bikin aku bahagia sama sekali. Buat yang terakhir kalinya, aku sayang sama kamu. Tapi kamu sekarang gak usah balas kalimat itu lagi. Karena sekarang aku sadar, kata katamu dulu cuman sebatas kata yang gak punya makna."

Tetangga [TXT X ITZY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang