122.

818 128 48
                                    

Ryujin terdiam sebentar di balkon. Mata jernihnya menelisik beberapa tempat disana dengan tatapan datar. Menikmati udara pagi yang dingin. Sepertinya akan turun hujan.

Matanya kembali melihat ke layar ponsel. Yah, hari ini ya?

5 bulan sudah berlalu setelah Yeji kehilangan bayinya.

Banyak hal yang terjadi. Mulai dari gugurnya bayi Yeji, Lia yang menyembunyikan kehamilannya sampai bulan keempat, dan beberapa lika liku kehidupannya yang berputar dengan tidak tau dirinya semakin membuatnya terpuruk. Apalagi dua bulan belakangan, penantiannya seakan dijungkir balik karena yang dia tunggu tidak kunjung datang. Terlewat dua bulan dari yang dijanjikan.

"Nona?"

Ryujin menoleh, mengulas senyuman melihat bibi yang membawa nampan yang terdapat segelas teh hangat.

"Makasih bi. Maaf ngerepotin ya."

Wanuta paruh baya itu menggeleng. "Engga sama sekali kok. Ngomong ngomong, Pak Minhyun udah nungguin di bawah."

Ryujin mengangguk kecil. "Bikin kopi aja dulu bi. Kepagian datengnya. Ryujin mau minum teh dulu."

Bibi mengerti, kemudian berjalan menjauh. Melaksanakan titah nona mudanya.

Ryujin membawa tehnya ke atas meja. Terkekeh kecil menyadari kelakuan sekertaris ayahnya yang sudah menjemput dikala matahari saja baru menampakkan dirinya.

Semalam memang Ryujin bilang berangkat lebih pagi. Ryujin sedang menghindari sesuatu. Tapi- tidak sepagi ini juga, Ryujin bahkan belum selesai bersiap.

Matanya menelisik gelang yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Warna hitamnya sedikit memudar karena setiap hari dipakai, namun ukiran nama disana masih lekat. Masih terlihat jelas.

Helaan napasnya keluar.

"Beomgyu hari ini dateng ya?"

"Iya."

Sahutan dari sebrang telfon membuatnya mengangguk mengerti. "Yang  jemput siapa?"

"Aku. Kamu- mau ikut, Jin?"

Ryujin menggeleng. "Gak usah Hyun. Nanti kalo masih sadar dia punya hutang sama gue, dia juga bakalan datang secepetnya. Hati hati ya, chaerry gak ikut?"

Taehyun di sebrang telfon terkekeh. "Chaerry kemusuhan sama Beomgyu, mana mau dia."

Ryujin hanya tersenyum. "Gue matiin ya. Makasih udah ngabarin."

"It's okay. Nanti kalo minta jemput bilang aja."

"Gak usah, gue bareng Om Minhyun lagi kok."

Setelah panggilan usai, dia kembali masuk ke dalam kamarnya tentunya dengan gelas yang sudah kosong di tangannya. Dia segera bersiap siap.

Berpasrah diri akan apa yang terjadi selanjutnya.

---Tetangga---

Taehyun tersenyum kecil melihat eksistensi pemuda yang datang sambil menyeret kopernya.

Sampai akhirnya keduanya berhadapan. Taehyun lebih dulu menarik bibirnya melengkung, tersenyum memperlihatkan gigi gigi rapinya. Di balas senyum simpul oleh lawannya.

"Hai, udah lama ya Hyun?"

Taehyun mengangguk, menarik kerah baju si lelaki berambut gondrong. "Bener bener gak ada yang berubah ya."

Bug!

Beomgyu memegang pipinya yang terasa ngilu seketika tinjuan yang tidak bisa dibilang main main melayang ke arahnya. "Assh, sakit anjir."

Tetangga [TXT X ITZY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang