Soobin menghela nafas kasar. Tangannya membuka pintu kamar inap kemudian masuk ke dalam. Ada gadis dengan rambut terurai sedang duduk di pinggiran ranjang yang ditempati oleh Yuna yang masih belum kunjung bangun.
Soobin sempat mengira itu Yiren. Tapi saat menoleh ternyata Lia. Tumben sekali tanpa embel embel apapun di rambutnya.
"Bin?"
Soobin tersenyum getir. "Hei," dia duduk di sofa. Kemudian melepaskan outernya.
Lia menghampiri kemudian duduk di sampingnya. Dia membuka tas bekalnya kemudian menaruh kotak bekal berwarna merah itu ke meja di depan mereka. "Aku cariin kamu gak ada. Jadi aku kesini duluan. Aku kira kamu udah dateng."
"Gue gak kelas hari ini Li."
Lia menoleh sebentar. Kemudian tersenyum. "Kamu habis dari mana?" dengan lembut dia bertanya.
Soobin terkekeh. "Habis dari kantor polisi ngurus sampah."
Lia menggeleng gelengkan kepalanya. "Jadi gimana?"
"Habis laporan gue tentang kejadian Yuna, ternyata gak sedikit yang kemudian ikut lapor. Ternyata maaih banyak kasus bully. Masih sama kayak setahun yang lalu Li. Tapi parahnya tahun ini gak ada yang ngontrol. Gak kayak tahun kita. Ini lebih parah."
Lia ikut menghela nafas. "Terus?"
"Kepala sekolah udah dipecat. Anak anak terparah yang bully Yuna udah gue kumpulin dari bebera saksi pembully-an dan namanya bener bener gue blacklist. Ternyata mereka dipengaruhi sama gengnya Yeojin buat bully Yuna. Yuna difitnah. Sekolah dapet cap buruk. Gue juga agak nyesel sama Om Jongin. Gimanapun sekolah itu kan yayasan dari ayahnya dia. Sekarang dipegang Om Jongin."
Lia mengangguk mengerti. Dia tidak tau harus menanggapi bagaimana. Melihat ke arah Soobin sambil tersenyum, Soobin ternyata tertular senyumannya. "Apasih senyam senyum mulu."
"Biar kamu gak lusuh gitu mukanya. Hehe, eh ayo makan dulu. Tadi bunda bawain makanan, ini. Suruh makan sama kamu juga. Jangan sampek, lengah sama kesehatan ya."
Soobin tersenyum kecut. "Masih kenyang gue Li."
Lia menatapnya khawatir. "Kenyang gimana, Soobin?"
Soobin mendesah pasrah. "Gue gak nafsu makan."
"Katanya pengen jagain Yuna sampek sembuh dan bener bener bangun?"
Soobin menatap Lia memelas. "Sumpah gue gak nafsu makan banget. Lo makan aja deh. Gue nanti aja kalo Yeonjun dateng."
"Soobin, ini udah jam 2 siang. Kamu loh belum makan. Nanti Yeonjun kesininya kan malem."
Soobin menggeleng. Tetap bersikukuh tidak mau makan.
Lia menghela nafas pasrah. "Aku juga capek loh Bin. Yeji masih suka marah marah. Ryujin sama Chaeryeong juga masih belum bisa berhenti nyalahin dirinya sendiri. Taehyun sama Beomgyu masih tetep menyendiri aja. Taehyun ngomong sama aku yang kakaknya aja loh sungkan. Apalagi Kai. Biasanya anak itu paling suka ngoceh loh. Sekarang dia pendiem banget. Aku ajak ngomong aja jawabnya cuman iya. Setidaknya kamu gak harus kayak gini. Kalo kamu sakit siapa lagi yang mau nungguin Yuna disini terus? Kalo kamu sakit siapa yang bantu aku buat kendaliin susana? Kamu ngerti maksudku kan?"
Soobin menatap Lia gusar. Dia paling tidak bisa melihat Lia mengeluh seperti ini.
Lia menghela nafas lagi. Menyodorkan sesendok nasi dengan lauknya. "Makan ya?"
"Aku suapin," lanjutnya.
Soobin akhirnya membuka mulutnya. Menerima suapan itu.
"Maaf ya Li. Jadi nyusahin. Jangan ngeluh lagi. Lo yang paling kuat sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga [TXT X ITZY]
FanfictionTentang lima cowok dan lima cewek yang tinggal di dalam satu lingkup lingkungan. Banyak ributnya. Tapi sayang satu sama lain. Namanya juga tetangga. Apalagi para Emak emak dan bapak bapaknya yang juga gak kalah heboh. Writen by CeuNaya.