119.

736 122 20
                                    

Hueningkai terkekeh kecil. Tangannya meletakkan kunci mobil ke arah nakas, berjalan ke arah dua perempuan yang sedang cekcok kecil di ujung tangga paling bawah.

Lelaki agustus itu berjalan cepat ke arah keduanya, menjadi penengah dan tanpa ragu merangkul keduanya. Mencium pipinya bergantian.

"Apenih pagi pagi ribut?"

Hayi mendorong pelan kepala kakak laki lakinya. Tidak mau dicium lagi. "Apasih?! Ih jauh jauh! Pokok aku mau makan mie!"

Hueningkai mengernyit kecil melihat si bungsu yang berjalan ke dapur dengan sepenuh emosi. Meninggalkan dua kakaknya yang terheran heran.

"Kenapa dia?"

Lea terkekeh. "Biasalah, lagi PMS. Tadi ijin mau masak mie. Gue bilang jangan, masih pagi. Tapi ngeyel."

Hueningkai terkekeh kecil. Tangannya yang tadi merangkul Hayi, kini dia masukkan ke dalam saku celana. Menggiring kakaknya ke dapur, menyusul Hayi yang sudah pergi lebih dahulu.

"Kak Lea emang rencananya mau masak apa?" Hueningkai bertanya.

"Pengen gue buatin pasta aja."

Sontak Hueningkai melepaskan dirinya. Menatap horor kakaknya. "Bukannya itu sama sama mie? Ah tau lah."

Lea tertawa. Setelahnya membantu Hayi yang mulai menyiapkan microwave.

"Dek?"

Hueningkai dan Hayi refleks menoleh pada Mama Sojung yang berjalan ke dapur. "Iya ma?" menjawabnya serentak.

Mama meringis. "Maksud mama, panggil Dek Hayi. Hueningkai kan udah sering dipanggil kakak sekarang."

Hueningkai mendengus. Mencoba bersabar. Tittle anak manja yang selama ini dia sandang, bukannya memang sudah hangus ya setelah kedatangan adiknya? Tapi kadang Hueningkai masih suka lupa diri. Apalagi sekarang tempat manjanya semakin berlimpah. Mama masih, ada papa juga, setelah itu ada Kak Lea, terkadang Hayi juga menjadi tempat manjanya Hueningkai, jangan lupakan Yuna dan Kak Ryujin.

Soobin, Yeonjun, dan Beomgyu sudah tidak masuk ke dalam kategori tempat manjanya Hueningkai. Kalau Taehyun? Belum apa apa saja mungkin Hueningkai sudah dibanting di tempat.

Hayi mendekat ke arah mama, meninggalkan Kak Lea yang akhirnya memasak sarapan sendiri.

"Coba lihat rambutnya."

Hayi mengganti posisi membelakangi mama.

"Nanti ke salon bentar ya, rambut kamu kusut."

Hayi mengangguk patuh. "Iya ma. Mama gak kerja hari ini?"

Mama menggeleng. Mengusap kepala bungsunya.

Hueningkai menengok jam tangannya. "Hueningkai berangkat sekarang aja deh."

Kak Lea menoleh. Sedikit sangsi. "Mau kemana hari libur gini? Main mulu."

Hueningkai meringis. Telak ikut merinding melihat tatapan mama yang tampak terheran heran. "Mau jalan. Sama Yuna."

Dan ketiga orang lainnya di ruangan itu hanya memaklumi setelahnya.

"Gak sarapan dulu?"

Hueningkai menggeleng. "Gak usah deh kak, gue sarapan sama Yuna di luar aja. Dia juga gak bakalan sarapan di rumah."

Lea mengangguk paham, menyiapkan tempat untuk makanannya yang sebentar lagi siap. "Iya ya, tolong perhatiin Yuna. Orang tuanya kalo sibuk suka lupa sama anak."

Hueningkai mengangguk kecil.

Setelah berpamitan, dia kembali mengambil kunci motornya, berjalan keluar rumah. Mengeluarkan motornya dan menjemput pujaan hatinya yang rumahnya hanya berjarak jalanan di perumahan selebar 3 meter.

Tetangga [TXT X ITZY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang