"Ketika Tuhan mengambil apa yang kamu punya. Percayalah, Tuhan akan mengembalikan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Karena Tuhan tahu, mana yang terbaik untuk kamu"
-Destiny Scenario-Seorang cowok mengenakan seragam biru putih, menandakan bahwa ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Tangannya masih sibuk mendribble bola basket kesana-kemari. Rambutnya sedikit acak-acakan karena keringat menghiasi wajah tampannya.
Hari sudah mulai sore. Matahari juga sudah hampir kembali ke asalnya. Bersiap untuk istirahat sejenak untuk menyapa malam tiba.
Cahaya senja yang menerpa wajah tampannya, membuat siapapun akan terpesona dengan ciptaan Tuhan yang nyaris sempurna. Hidung mancung, bibir merah muda tanpa ada tipuan, tatapannya bahkan sangat mematikan bagi siapapun.
Cowok yang hampir beranjak remaja."Kaivan!"
Panggil seseorang membuat cowok itu berhenti mendribble bola. Wajahnya menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya. Dengan di sertai senyum menawan, cowok itu menghampiri sang pelaku.
"Udah sore, nanti aku di cari sama Bu Eva," rengeknya dengan wajah cemberut.
Kaivan, iya cowok itu adalah Kaivan Naresh Mahendra. Kaivan tidak menggubris rengekan orang yang mengadu padanya. Kaivan malah duduk di samping orang itu.
"Aku haus," adunya dengan wajah memelas.
Pelipisnya Kaivan masih di hiasi keringat. Perlahan Kaivan merebahkan tubuhnya di tepi lapangan basket. Sesekali Kaivan mendengar bisikan-bisik pengunjung taman yang mengagumi ketampanannya.
"Ini"
Sosok itu menyodorkan air mineral dari dalam tasnya. Kaivan menerima air mineral itu, lalu duduk untuk meminumnya. Tidak lupa juga, sosok itu mengambil tisu untuk mengelap keringat cowok yang tak lain adalah Kaivan.
"Udah satu jam aku nunggu kamu main basket. Ngajak ke taman malah aku yang di anggurin," ujarnya kesal.
Kaivan meneguk air mineral itu hingga tersisa sedikit. Bukan di minum semuanya, melainkan seperempat dari air mineral tersebut ia siramkan di kepalanya agar menyejukkan.
Kini mata Kaivan tertuju pada sosok di sampingnya. Wajahnya terlihat kesal karena sedari tadi hanya melihat Kaivan sibuk dengan bola basket. Kedua sudut bibir Kaivan terangkat. Tidak bosan-bosannya Kaivan memuji sosok yang ada di depannya setiap hari. Bahkan, siapapun orangnya, pasti tidak akan bisa mendeskripsikan sosok yang ada di depan Kaivan, dengan kata bosan.
Tangan Kaivan mengelus puncak kepala cewek itu dengan tulus.
"Kamu setiap hari makin cantik, sampai kadang aku binggung, kok bisa Tuhan menciptakan cewek secantik kamu," ucap Kaivan dengan mata berbinar.
Mendengar pujian dari Kaivan, cewek itu malah semakin kesal.
"Kalo aku emang cantik. Kenapa dari tadi aku di cuekin gara-gara bola basket." tuturnya ketus.
"Karena kamu cantik. Aku gak bisa lihat kamu lama-lama."
Cewek itu mengerutkan keningnya tidak paham dengan ucapan Kaivan.
"Kenapa?"
Kaivan tersenyum. Suka sekali menggoda cewek yang ada di hadapannya ini. Melihat wajah kesalnya saja sudah membuka Kaivan jatuh cinta untuk kesekian kalinya. Bahkan tidak bisa di hitung.
Perlahan Kaivan mendekati ke arah wajah cewek itu. Tapi bukan bibir yang ia tuju, melainkan telinga.
"Karena aku takut, mata aku gak bisa lepas dari kamu, walau cuma satu detik." bisik Kaivan.
Sukses membuat cewek itu menegang sekujur tubuhnya. Butuh beberapa detik untuk cewek itu menetralkan jantungnya yang tidak karuan. Setelah sadar, cewek itu memukul lengan Kaivan gemas. Antara suka dan kesal membuatnya bingung dengan keadaan.
"Ish," ringis Kaivan dengan di sertai tawa ringan.
"Suka banget sih buat anak orang deg-degan," tuturnya malu-malu.
"Emang kamu deg-degan? Coba aku mau dengan suara jantungnya yang lagi maraton."
Kaivan hendak mendekatkan wajahnya ke arah dada cewek itu. Tapi sebelum itu terjadi, Kaivan sudah mendapati cewek tersebut lari menjauh darinya.
Lagi, Kaivan di buat takjub dengan tingkah cewek yang sudah ia pacari hampir satu tahun ini. Mungkin bisa di bilang cinta monyet. Tapi Kaivan benar-benar menyayangi cewek itu dengan setulus hatinya.
"Kaivan," teriak wanita itu sambil melambaikan tangan ke udara.
Kaivan segera berdiri untuk menyusulnya. Dengan kecepatan penuh Kaivan menggapai cewek itu lalu menggandeng tangannya.
Mereka saling berdampingan menyusuri jalanan keramaian. Senyum kebahagiaan menghiasi bibir mereka tanpa henti.
"Rhea," panggil Kaivan membuat wanita itu menoleh padanya.
"Iya"
Mereka saling bertatapan tanpa menghentikan langkahnya.
"Aku sayang kamu," ucap Kaivan.
"Aku juga sayang kamu, Kaivan." balasnya tanpa ragu.
Mereka bahagia dengan kisah mereka sendiri. Dengan takdir Tuhan yang entah apa nanti endingnya. Hanya berharap kisah ini akan terus berlanjut dengan di sertai kebahagiaan.
***
Halo semuanya:)
Maaf karena ceritanya aku hapus. Karena harus aku perbaiki setelah aku pikir-pikir. Jadi masih dari judul yang sama, kisah pun sama, tokoh pun sama, dan semuanya masih sama. Hanya part dan penyampaian yang berbeda.Mohon dukungannya untuk "Destiny Scenario". Aku harap kalian suka dengan karya aku. Aku juga berterima kasih karena sudah mau baca karya aku.
Aku harap kalian jangan bosan-bosan buat baca dan nunggu author update. Karena aku juga punya kesibukan lain. Harap maklum untuk bersabar menanti kelanjutannya.
Jangan lupa untuk vote, komen, share ke semuanya supaya aku semakin semangat buat bacanya.
Ajak semua orang buat baca cerita aku.
Dari aku untuk pada pembaca terima kasih banyak. Aku sayang kalian banyak-banyakSalam rindu
IzzulAkmal
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Scenario [On Going]
Teen FictionApa yang kamu lakukan saat kembali di pertemuan dengan seseorang yang membuat kamu harus berbohong demi sebuah janji? Memberi tahunya?atau malah menghindari? Lalisa Naraya Maharani gadis ceria yang hidupnya di hantui rasa bersalah. Bukan keinginanny...