Seperti janji kemarin, hari ini Lalisa akan joging dengan Pandu. Katanya, hanya mengelilingi kompleks, jadi tidak jauh-jauh. Ini juga pesan Lalisa, karena Lalisa sedang tidak ingin pergi kemana-mana.
Lalisa sedang menunggu Pandu di depan gerbang, sengaja untuk mengantisipasi Pandu tidak menunggunya lama. Beberapa menit kemudian, Pandu datang.
"Yuk!" Ajak Pandu, lalu di angguki Lalisa.
Mereka berlari ringan, suasana pagi hari di hari minggu tentunya tidak terlalu ramai. Kebanyakan orang memanfaatkan waktu untuk istirahat, setelah lelah bekerja seminggu penuh.
Sepanjang perjalanan, Lalisa hanya diam, hanya sesekali Lalisa menjawab pertanyaan Pandu. Jangan tanya, karena Lalisa masih ada rasa canggung dengan Pandu. Mereka baru kenal beberapa minggu, jadi harap maklum.
"Di Nusantara betah, Lis?" Tanya Pandu tanpa menghentikan larinya.
Lalisa mengangguk. "Betah kok, banyak temen di sana," ucap Lalisa tanpa beban.
"Katanya, ku pernah di Jakarta sebelumnya. Tinggal daerah mana?"
Lalisa menghentikan larinya, menghela nafas sebentar karena tidak teratur. Pandu yang melihat Lalisa berhenti pun ikut berhenti pula.
"Gak jauh dari sini," balas Lalisa seadanya.
Pandu mengangguk, melihat mendengar jawaban Lalisa dari tadi yang menjawab seadanya. Membuat Pandu tahu, bahwa Lalisa masih sedikit canggung dengannya. Beberapa kali bertemu dengannya, bukan berarti membuat Lalisa langsung nyaman.
"Udah sarapan apa belum?"
Kedua alis Lalisa menaut, lalu menggeleng lemah. "Belum, gak laper juga,"
"Sarapan dulu yuk, di deket taman biasanya ada tukang bubur ayam, enak loh," beritahu Pandu.
"Oh ya, dari satu sampai sepuluh, berapa nilainya?"
"Em, delapan mungkin,"
"Mungkin?"
"Ya mungkin, itu kan pendapat gue, nanti lu coba nilai aja sendiri," ujar Pandu.
"Boleh,"
***
Mata Lalisa membelalak penuh, bagaimana tidak, antriannya luar biasa panjang. Bahkan, sekarang Lalisa berada di antrian akhir. Memang tidak terlalu belakang, di hitung nomor lima dari belakang. Wah! Luar biasa bukan.
"Ini beneran?" Celetuk Lalisa tidak percaya.
"Beneran kenapa?" Tanya balik Pandu polos.
"Beneran sepanjang ini antriannya, gila sih, kek antri kuota gratis aja," takjub Lalisa.
Sontak saja, Pandu tertawa apalagi ekspresi wajah Lalisa yang terlihat polos karena takjub melihat antrian. Kenapa, rasanya senang sekali jika bersama Lalisa. Itu yang Pandu rasakan saat bersama Lalisa.
"Duduk gih," suruh Pandu.
"Hah?"
"Duduk sana," Pandu mengulang lagi.
"Terus yang antri?"
Pandu tersenyum, tangannya mengacak puncak kepala Lalisa gemas. Kenapa? Kenapa Lalisa menggemaskan sekali jika bertanya polos.
Lalisa sedikit terkejut, atas perlakuan Pandu yang tiba-tiba. Tapi, Lalisa berusaha biasa saja di hadapan Pandu.
"Biar gue, lu duduk aja, pasti capek," seru Pandu di sertai senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Scenario [On Going]
Teen FictionApa yang kamu lakukan saat kembali di pertemuan dengan seseorang yang membuat kamu harus berbohong demi sebuah janji? Memberi tahunya?atau malah menghindari? Lalisa Naraya Maharani gadis ceria yang hidupnya di hantui rasa bersalah. Bukan keinginanny...