Kantin adalah tempat pelarian paling tepat saat jam istirahat. Walaupun sesak akibat banyaknya orang. Tapi, kantin akan menjadi incaran siswa di jam istirahat. Sungguh menakjubkan bukan?
Seperti yang lain, Lalisa duduk di salah satu bangku kantin. Dia sedang sendiri, sedangkan Kirei sibuk memesan makanan. Mata Lalisa mengedar ke sekeliling kantin. Dan tepat, matanya menemukan Alfi yang baru saja memasuki kantin.
"Hai, Fi," sapa Lalisa disertai senyum manisnya.
Alfi pun sama, membalas senyum ramah Lalisa.
"Hai juga, Lis."
"Sendiri aja?" Pertanyaan Lalisa sontak membuat Alfi mengerutkan keningnya.
Kedua alis Alfi terangkat. "Seperti yang lu liat." Jawabnya enteng.
"Mau gabung gak sama gue?"
"Lu sendiri, juga?" Alfi balik menanyai Lalisa. Segera saja, Lalisa menggelengkan kepalanya. Lalu, jari telunjuknya menunjukkan arah kirei yang masih sibuk mengantri untuk membeli makanan.
"Sama Kirei."
Alfi mengangguk paham. "Gue yakin sih Kirei bakal gak suka kalo gue gabung."
"Kenapa, santai aja kali. Kan gue yang nyuruh lu buat gabung."
"Dia benar lupa, apa pura-pura lupa sih." Batin Alfi.
"Oke, gue gabung."
Tentu Lalisa senang, apalagi katanya Alfi teman SMP-nya. Sebentar, jika Alfi teman sewaktu SMP. Kenapa saat kelulusan Lalisa tidak melihat Alfi. Aneh bukan?
"Fi, lu kan temen SMP gue, kenapa waktu kelulusan gak gak liat lu. Diantara teman SMP yang sekolah di sini, cuma lu yang gak gue inget." Ungkap Lalisa.
Pertanyaan ini sudah lama terngiang di kepalanya. Tapi, ada rasa ragu untuk Lalisa bertanya pada Kirei ataupun Alfi secara langsung. Dan baru ini, tepat saat ini Lalisa memiliki keberanian untuk mengucapkan pertanyaan itu pada Alfi.
Alfi menyinggung senyum getir. "Gue emang temen SMP lu, cuma waktu kenaikan kelas 8 gue pindah."
"Loh kenapa?" Tanya Lalisa polos.
Alfi masih diam belum menjawab pertanyaan Lalisa. Matanya menatap Lalisa penuh makna. Ada banyak pertanyaan yang seakan ingin di lontarkan Alfi. Tapi, mungkin ia mengurungkan itu.
"Dia pura-purakah?" Batin Alfi.
Lalisa yang memandang Alfi karena membutuhkan jawaban. Malah dibuat bingung dengan tingkah Alfi yang bengong.
"Fi, kok bengong." Tegur Lalisa.
"Gak papa sih, mungkin gue gak cocok sekolah di SMP yang bareng lu."
"Oh ya, selama gue SMP, gue nyaman-nyaman aja sih sekolah di sana." Heran Lalisa.
"Namanya orang pasti kan punya selera beda-beda, Lis."
"Iya juga, sih."
Tidak lama, Kirei datang membawa nampan berisi dua porsi bakso dan dua gelas es teh, pesanan Lalisa dan Kirei. Dengan tatapan tidak suka, Kirei duduk di samping Lalisa.
"Ngapain, lu di sini?" Cerca Kirei pada Alfi.
Sontak membuat Lalisa dan Alfi menatap kirei dengan tatapan terkejut. Ini bukan pertama kalinya Kirei berbicara, seakan tidak suka dengan keberadaan Alfi. Banyak pertanyaan yang ingin Lalisa tahu, tapi entah apa yang membuatnya takut untuk bertanya.
Lalisa memandang Kirei dan Alfi bergilir. Sorot matanya seakan menyalurkan pertanyaan ada apa?
"Kenapa sih, Rei, lu selalu ngomong ketus kalo ada Alfi. Sebenarnya ada apa diantara kalian?" Tanya Lalisa penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Scenario [On Going]
Teen FictionApa yang kamu lakukan saat kembali di pertemuan dengan seseorang yang membuat kamu harus berbohong demi sebuah janji? Memberi tahunya?atau malah menghindari? Lalisa Naraya Maharani gadis ceria yang hidupnya di hantui rasa bersalah. Bukan keinginanny...