Panggilan Telpon

38 5 0
                                    

Kegiatan hari ini harus segera di akhiri. Kaivan baru saja memarkirkan motor ninjanya di garasi rumah. Wajahnya masih tetap sama sedari pagi hingga senja, masih tetap tampan dengan paras bak seorang pangeran.

Memang tidak bisa di pungkiri. Paras seorang Kaivan Naresh Mahendra tidak bisa dipandang sebelah mata. Benar-benar nyaris sempurna. Sudah di bilang, wajah Kaivan seperti pangeran dari negeri dongeng.

Kaivan masuk ke dalam rumah. Wajahnya tenang dengan tatapan penuh meng-intimidasi.

"Bagus, siapa yang suruh masuk rumah gak pake salam" sindir Pak Hendra.

Langkah kaki Kaivan berhenti menemukan ayahnya, Pak Hendra tengah sibuk menyapa ikan cupang kesayangan.

Kaivan kembali keluar lalu masuk lagi.

"Assalamualaikum Pak Hendra, anak tampan mu sudah pulang" ucap Kaivan sembari melirik Pak Hendra.

"Wa'alaikumussalam"

"Sekarang kasih salam buat adik kamu, Bima" timpal pak Hendra.

Kaivan memutar bola matanya malas. Ini yang buat Kaivan malas di rumah. Ada saja ulah aneh dari ayahnya, Pak Hendra. Apalagi menyangkut yang namanya ikan cupang. Bisa-bisanya Pak Hendra menjadikan ikan cupang sebagai bagian dari keluarga mereka. Katanya, Ini adik Kaivan.

Kaki Kaivan melangkah ke samping Pak Hendra. Lalu mendaratkan bokongnya di sofa.

"Sejak kapan cupang bisa jadi adik manusia" celetuk Kaivan.

"Apa susahnya membahagiakan cupang papa, Kaivan" ujar Pak Hendra.

"Pa" lirih Kaivan malas.

"Cepet kasih salam buat, Bima" seru Pak Hendra sekali lagi.

Lagi mata Kaivan memandang malas. Bayangkan, setiap hari Kaivan harus memberi salam kepada Bima, si cupang kesayangan papa-nya.

"Assalamualaikum Bima" ucap Kaivan.

"Bagus, siapa yang didik lu jadi adik laknat. Kalo ada orang salam tuh di jawab" tajam Kaivan mengikuti gaya bicara Pak Hendra.

"Bima gak bisa ngomong" tegur Pak Hendra tanpa ada respon dari Kaivan.

Rasanya capek sekali seharian ini. Kaivan menyandarkan punggungnya. Lega sekali, merilekskan otot-otot yang kencang seharian beraktivitas.

"Papa kapan pulang?" tanya Kaivan dengan mata tertutup.

"Tadi siang"

"Bukannya papa pulang besok pagi?" tanya Kaivan lagi.

Kini posisi duduknya menghadap ke arah Pak Hendra yang masih sibuk dengan Bima.

"Kamu gak seneng papa pulang cepet?" tanya balik Pak Hendra.

Kaivan mengangguk kepalanya sendiri. "Jadi apa?"

Pak hendra menatap Kaivan tidak mengerti. "Apanya?"

"Pulang cepat kangen sama anak manusia, apa anak cupang" timpal Kaivan.

"Dua-duanya dong" ungkap Pak Hendra.

Kaivan tahu betul hobi papanya adalah memelihara ikan cupang. Lihat saja, Pak Hendra pulang cepat dari luar kota karena ingin melihat cupangnya. Apalagi mengingat kejadian bulan lalu. Dimana salah satu cupang kesayangan Pak Hendra mati di gondok kucing. Membuat heboh satu rumah.

"Sebenarnya anak papa aku apa Bima sih?"

"Dua-duanya"

"Besok-besok sekalian, si Bima masukin di kartu keluarga. Jangan lupa juga buatin BPJS, barang kali kejang-kejang mendadak" tajam Kaivan.

Destiny Scenario [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang