Seperti hari-hari sebelumnya, aktivitas Lalisa masih sama tidak ada perubahan. Sudah hampir seminggu ini, Lalisa tidak di antar jemput oleh Pak Maryo. Sengaja, karena Lalisa malas untuk menunggu Pak Maryo yang harus mengantar Bu Rani, mamanya terlebih dahulu ke butik. Alhasil, Lalisa memutuskan untuk menggunakan ojek online.
Dan kini, Lalisa sedang berdiri di depan gerbang rumah. Menurut aplikasi, sebentar ojeknya akan segera datang. Lalisa tidak buru-buru datang ke sekolah. Karena jam masih menunjukkan pukul enam pagi.
Tiba-tiba saja, suara motor yang menderu membuat fokus Lalisa pecah. Motor itu berhenti tepat di hadapan Lalisa. Tunggu, apa ojek online masa kini sudah berubah. Karena, penampilan pengendara motor dihadapan Lalisa saat ini tidak bisa di bilang ojek online.
Pengendara itu membuka helmnya.
"Hai," sapanya.
Bukan, ini bukan ojek online yang Lalisa pesan. Mana mungkin tukang ojek menyapa costumer dengan sapaan sok akrab.
"Pandu?" Tanya Lalisa memastikan.
Benar saja, pengendara motor di hadapan Lalisa adalah Pandu. Cowok yang beberapa hari lalu Lalisa temui di taman kompleks.
"Kita ketemu lagi," ucap Pandu basa-basi.
Jujur Lalisa masih canggung, mereka baru kenal saat di taman. Tapi, dari bahasa tubuh Pandu menggambarkan seolah mereka sudah kenal lama.
Senyum canggung terbit di bibir Lalisa.
"Iya," balas Lalisa seadanya.
"Masih canggung?" Tebak Pandu mengerti keadaan Lalisa.
Lalisa mengangguk lemah. Tidak bisa di pungkiri kalau Lalisa canggung dengan kedatangan Pandu yang mendadak.
"Perasaan pas di taman lu bawel, kenapa sekarang jadi canggung."
"Karena kita baru kenal, makanya gue canggung. Masalah di taman, gue cuma ngingetin lu aja, biar gak----"
"Iya gue ngerti kok," ucap Pandu memotong pembicaraan Lalisa yang belum selesai.
"Bagus lah."
Lalisa kembali diam, berbeda dengan Pandu yang sedari tadi tersenyum ke arahnya. Entah apa yang membuat mata Pandu ingin terus menatap Lalisa. Seakan ada magnet yang menarik matanya agar terus menatap Lalisa.
"Ada apa, kok lihat gue sampai segitunya?"
Pertanyaan Lalisa sukses membuat Pandu sadar. Kenapa jadi ia yang malu, padahal yang sedari tadi ia pandang adalah Lalisa.
"Lu cantik, tapi sayang jodoh orang." Ungkap Pandu tanpa ragu.
"Lu lagi muji, apa gombal?"
"Dua-duanya boleh."
Mereka tertawa bersama, sampai lupa bahwa mereka harus sekolah.
"Mau berangkat sekolah bareng?" Pandu menawarkan pada Lalisa.
Segera Lalisa menggeleng, lalu tangannya menunjuk pada pengendara motor yang memakai jaket hijau, baru saja datang.
"Gue udah di jemput sama kesatria hijau, lain kali aja." Tolak Lalisa secar halus.
Pandu tersenyum mengerti. Lalisa langsung naik ke jok belakang ojek online yang tadi ia pesan.
"Gue duluan," pamit Lalisa pada Pandu.
"Iya, hati-hati."
***
Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Sudah pasti sekolah mulai ramai dengan kedatangan siswa-siswi SMA Nusantara. Sama seperti yang lain, Lalisa juga baru saja sampai di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Scenario [On Going]
Teen FictionApa yang kamu lakukan saat kembali di pertemuan dengan seseorang yang membuat kamu harus berbohong demi sebuah janji? Memberi tahunya?atau malah menghindari? Lalisa Naraya Maharani gadis ceria yang hidupnya di hantui rasa bersalah. Bukan keinginanny...