Seperti biasa, pagi ini Lalisa pergi ke sekolah di antar oleh Pak Maryo, sopir pribadi keluarganya. Pak Surya dan Bu Rani sibuk dengan kerjaan mereka sedari pagi buta.
Pak Surya yang notebene-nya adalah seorang pengacara dan Bu Rani yang sibuk mengelola bisnis butiknya, sudah di pastikan sibuk dengan kerjaan mereka. Tidak jarang, mereka tidak bisa menemui Lalisa atau bahkan meluangkan waktunya.
Mobil yang dikemudikan Pak Maryo berhenti di depan gerbang SMA Nusantara.
"Pak Maryo, makasih" ucap Lalisa disertai senyum.
Pak Maryo mengangguk. "Iya non sama-sama"
"Lalisa Pak, bukan non" tegas Lalisa.
Sontak Lalisa dan Pak Maryo tertawa ringan. Padahal, Lalisa sudah sering kali bilang ke Pak Maryo dan juga Bi Lastri. Lalisa tidak ingin di panggil dengan embel-embel non, karena Lalisa sedikit merasa risih dengan panggilan itu.
"Iya non" ulang Pak Maryo.
"Pak Maryo" rengek Lalisa lagi.
"Iya Lalisa"
Senyum Lalisa terbit. "Lalisa berangkat dulu"
"Assalamualaikum" pamit Lalisa lalu keluar dari mobil.
Lalisa berjalan menyusuri koridor kelas. Sesekali Lalisa juga tersenyum menyambut pagi dengan menyapa teman-temannya. Dari dulu, Lalisa memang terkenal ramah. Bahkan banyak yang memuji Lalisa karena mau berteman sama siapa saja tanpa memandang bulu.
Langkah kaki Lalisa berhenti di kelas XI IPS 1. Lalisa masuk ke dalam kelas yang kini menjadi tempat singgahnya selama di sekolah. Matanya memandang Kirei yang tengah sibuk dengan ponselnya.
"Selamat pagi jomblo" sapa Lalisa pada Kirei.
Kirei melirik Lalisa malas. "Selamat pagi juga jomblo karatan" balas Kirei.
"Selama gue menikmati kejombloan ini, gue gak apa-apa" seru Lalisa dramatis.
"Yang jadi pertanyaan, sampai kapan lu jomblo?" tanya Kirei menggebu.
"Selama bumi masih berputar, matahari masih menyinari bumi, bintang dan bulan masih berada di malam hari, serta Tuhan belum mendatangkan pasangan sehidup semati, gue masih sanggup untuk jomblo" sahut Lalisa panjang kali lebar.
Kirei menyanggah dagunya sembari menatap Lalisa penuh kemalasan. Mendadak Kirei malas mendengar celotehan aneh yang keluar dari mulut Lalisa.
"Lebay!" tajam Kirei.
"Sekarang gue gantian yang tanya, sampai kapan lu jomblo?"
"Sampai gue jadi jodohnya Taeyong NCT. Puas lu?" ketus Kirei.
Lalisa tertawa remeh mendengar jawaban Kirei. Rasanya ingin sekali membangunkan Kirei dari mimpi indahnya yang tidak akan pernah jadi kenyataan.
"Bangun woi, mimpi lu ketinggian, gak takut jatuh lu" cibir Lalisa.
"Selama gue bahagia gue akan tetap halu walau gak bisa jadi kenyataan" sahut Kirei tidak terima.
Lalisa mengangkat paham. Bibirnya tersenyum lalu menepuk-nepuk bahu Kirei.
"Banyak-banyak istighfar aja Rei, khawatir gue takut lu kebladasan" peringat Lalisa.
"Jadi ku doain gue gila?"
Dengan cepat Lalisa menggeleng. "Gue gak bilang loh, lu yang doain diri lu sendiri"
"Lu doain gue secara tersirat Lalisa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Scenario [On Going]
Teen FictionApa yang kamu lakukan saat kembali di pertemuan dengan seseorang yang membuat kamu harus berbohong demi sebuah janji? Memberi tahunya?atau malah menghindari? Lalisa Naraya Maharani gadis ceria yang hidupnya di hantui rasa bersalah. Bukan keinginanny...