Tentang Malam

13 2 0
                                    

Dua sejoli tengah duduk di antara keramaian. Sesekali, canda tawa terlihat di senyum lebar bibir mereka. Terlihat bahagia, tapi mereka bukan sepasang kekasih. Hanya sebatas teman, yang berjalan beriringan di tengah kegalauan.

Aneh bukan, padahal banyak orang yang menatap Meraka takjub. Lalisa cantik dengan segala tingkahnya, lalu Kaivan yang tampan dengan segala keistimewaan. Mereka sedang di pasar malam tengah kota.

Sesekali ada orang yang menyapa mereka untuk bertanya, apa mereka sepasang kekasih? Lalu apa jawabannya, Kaivan yang dengan santainya menjawab iya. Lalisa terus saja mengerutuki kebodohannya yang ikut dengan Kaivan saat ini.

"Kai, kayaknya lu seneng banget deh, buat gue darah tinggi," ucap Lalisa geram.

"Ati-ati, nanti cepet mati loh,"

Jawaban yang luar biasa keluar dari mulut Kaivan. Setelah tadi, dengan enaknya bilang mereka pacaran, sekarang Kaivan malah menghina. Boleh Lalisa berdoa, agar malaikat pencabut nyawa ambil sekarang nyawanya?

"Ikhlas banget, doain gue cepet mati," sindir Lalisa.

Kaivan tersenyum tipis, senang sekali membuat Lalisa cemberut, seperti saat ini. Tangan Kaivan mengacak rambut Lalisa pelan, membuat si korban mendumel sebal.

"Baperan banget sih," sahut Kaivan, lalu menurunkan tangannya dari puncak kepala Lalisa.

"Lu-nya sih, bisa gak sih, sehari aja lu gak ngehina orang, kayaknya mulut lu kurang afdol, ya," timpal Lalisa kesal.

"Gak usah baper, gue gak ikhlas kalo lu mati cepet,"

Lalisa menatap Kaivan dengan tatapan penuh arti. Seakan ada makna tersirat di kata-kata Kaivan barusan.

"Kenapa? Suka lu sama gue?"

Kali ini, Kaivan tertawa sampai terbahak-bahak. Ucapan Lalisa barusan seakan gurauan, tanpa makna.

Lalisa yang diam menatap Kaivan heran pun mengerutkan keningnya. Beberapa detik kemudian, Kaivan menghentikan tawanya. Tangannya langsung menyentil kening Lalisa gemas.

"Jangan ngarep, mimpi lu ketinggian. Lu mau mati cepet, sedangkan janji lu belum lunas,"

"Alasan,"

"Kalo gue sampai suka sama lu, gue traktir kelas gue sama kelas lu," refleks Kaivan mengucapkan janji pada Lalisa.

"Wah! Janji yang menarik," takjub bukan main.

"Inget tuh,"

"Gue catet, di otak gue!" seru Lalisa semangat.

"Awas aja lu, sampai kemakan omongan sendiri," peringat Lalisa bukan main.

"Tenang aja,"

Entah apa yang membuat Kaivan seyakin itu, tidak akan suka dengan Lalisa. Tahukah kamu? Kebanyakan orang akan memakan omongan sendiri, kita lihat waktunya bagaimana.

Mereka diam, sibuk menatap lalu lalang di pasar malam yang ramai. Lalisa yang sedang sibuk menghabiskan es krim yang tadi ia beli. Sedangkan Kaivan, entah apa yang membuatnya sok sibuk.

"Kai," panggil Lalisa. Tentunya Lalisa benci kebosanan, jelaslah Kaivan mengajaknya pergi tapi malah saling diam.

Kaivan menoleh ke Lalisa. "Apa?"

"Lu niat, ngajak gue jalan gak sih, malah bengong," geram Lalisa.

"Gak ada," balas Kaivan tanpa beban. "Gue cuma kasian sama lu, pasti hidup lu suram banget gak ada hiburan, kerjaannya di rumah aja. Kek lagi isolasi mandiri," imbuh Kaivan lagi.

Destiny Scenario [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang