Malapetaka

19 4 0
                                    

Tumben sekali, Kaivan sudah duduk di kursinya. Padahal jam baru menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Biasanya, Kaivan akan datang lima belas menit sebelum bel berbunyi.

Kaivan sibuk dengan ponselnya. Bukan untuk bermain media sosial atau stalker cewek. Melainkan sibuk membuat janji dengan manager toko es krim yang akan ia sewa.

"Yang baru jadian sibuk banget kayaknya." Celetuk Kavin saat baru masuk ke kelas.

Kaivan enggan merespon, sedangkan Kavin dan Denta yang sudah duduk di sekitarnya bersiap ingin menggoda Kaivan habis-habisan.

"Sejak kapan lu pacaran sama Lalisa?" Pertanyaan yang keluar dari mulai Denta sukses membuat Kaivan tercengang. Pasti ini kerjaan Kirei, si cewek lambe turah.

"Gue gak pacaran." Kelak Kaivan.

"Gini nih, kalo lagi kasmaran. Bahagianya gak mau bagi-bagi sama temen." Sahut Kavin.

"Ngapain juga, gue bahagia harus ngajak lu berdua." Sungut Kaivan.

Kavin dan Denta geleng-geleng tidak percaya. Bukankah kabar Kaivan pacaran dengan Lalisa harus membuat mereka bahagia? Tapi kenapa harus mendapat semburan larva dari mulut Kaivan?

"Pacaran atau gak-nya Kaivan. Gak mengubah semburan sambal dari mulut dia." Peringat Denta. Dengan setuju Kavin menganggukinya.

"Rasanya, ah pedas!" Timpal Kavin.

Sekarang giliran Kaivan yang menatap kedua temannya. Ini bukan tatapan biasa, melainkan tatapan sinis yang mampu membuat Kavin dan Denta kalang kabut. Berakhir sudah hidupnya jika Kaivan sudah marah.

"Dapet dari lambe turah!" Sentak Kaivan tajam.

Dengan bangga, Kavin dan Denta mengangguki tanpa dosa.

"Sumber informasi yang akurat di sekolah ini adalah lambe turah Nusantara. Betul bukan tuan muda Kavindra?" Tutur Denta.

Kavin mengangguk mantap. "Inget Kai, di balik gosip yang cetar membahana. Ada Kirei yang jadi orang nomor satu mengiyakan gosip itu." Peringat Kavin menggebu.

"Sialan!" Umpat Kaivan.

Bisa-bisanya Kirei memberi tahu Kavin dan Denta, perihal Kaivan dan Lalisa yang tengah bersama kemarin. Sialnya, kenapa Kaivan harus bertemu Kirei waktu itu.

"Eh, eh. Anak ganteng gak boleh mengumpat." Ucap Denta disertai kepala menggeleng, dan jari telunjuk dan bergerak ke kanan dan kiri.

"Harusnya seneng dong, udah dapet pengganti mantan." Pancing Kavin tidak tinggal diam.

"Udah gue bilang, gue gak pacaran sama Lalisa." Pertanyaan Kaivan, tidak dengan mudah Kavin dan Denta percaya. Karena Kirei sudah memberi bukti foto kebersamaan Kaivan dan Lalisa di toko es krim.

"Et, lu gak bisa semudah itu ngibulin kita. Karena Kirei udah kasih bukti yang kuat kalo lu pacaran dengan Lalisa." Jelas Kavin.

"Bukti apa?"

Kavin memberi isyarat pada Denta untuk menunjukkan foto. Dan benar, mata Kaivan melotot tidak percaya. Di foto itu, Kaivan dan Lalisa sedang tertawa. Kaivan ingat betul saat itu. Mereka tertawa karena tingkah Manda yang menggemaskan.

"Kayak keluarga kecil yang bahagia kan?" Goda Denta.

"Gak!" Tajam Kaivan.

"Doa yang baik bukannya di Aminin, malah di tolak mentah-mentah. Menyesal tau rasa lu!" Ketus Kavin.

***

"Ayolah, Lis. Masa lu jadian gak PJ." Rengek Kirei untuk kesekian kalinya.

Destiny Scenario [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang