Datang Tiba-tiba

11 3 0
                                    

Hari sudah pagi, matahari sudah mengapa penghuni bumi sejak tadi. Jam sudah menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit. Dan Lalisa sudah rapi dengan seragamnya. Berdiri di depan kaca, Lalisa mengamati kembali penampilannya. Takut, jika kurang rapi atau ada yang lesu.

"Waktunya sekolah Lalisa," Lalisa memberi peringatan pada dirinya sendiri. Tidak lupa, senyumnya mengembang saat kembali menatap ke kaca.

"Yuk,"

Lalisa mengambil tas di atas kasur. Melangkah menuruni tangga untuk ke meja makan. Ah Lalisa baru ingat, terakhir ia makan adalah saat kemarin siang. Perutnya kini di landa rasa lapar.

Di meja makan, Lalisa menemukan Bi Lastri sedang sibuk menyiapkan makan.

"Selamat pagi Bi Lastri," sapa Lalisa dengan senyum manisnya.

"Pagi juga, Lalisa," sapa balik Bi Lastri. Kembali mengingatkan bahwa Lalisa tidak suka di panggil dengan embel-embel non. Cukup nama baginya.

"Sarapan bareng Lalisa yuk, Bi," Lalisa mengajak Bi Lastri untuk makan bersamanya. Toh, dari pada Lalisa makan sendiri tidak ada rasa nikmat-nikmatnya.

"Lalisa dulu aja, bibi belum selesai beres," tolak Bi Lastri halus.

Lalisa berdecak sebal, padahal di rumah tidak ada orang tuanya di rumah. Kenapa Bi Lastri harus buru-buru membereskan rumah.

Lalisa menghela nafasnya perlahan, tidak mau ambil pusing untuk memaksa Bi Lastri makan bersamanya. Sudah hal biasa bukan.

"Ya udah, Lalisa makan sendiri," kembali Lalisa pasrah makan sendiri.

"Non Lisa," panggil Pak Maryo dari arah pintu. Lalisa segera menoleh ke sumber suara

Belum sempat Lalisa memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya, suara Pak Maryo membuatnya mengurungkan niat awal untuk sarapan.

"Kenapa Pak Maryo?"

Pak Maryo mencoba mendekat ke Lalisa. Lalisa menatap aneh gelagat Pak Maryo.

"Di depan ada cowok, katanya temen non Lisa," ucap Pak Maryo.

Kening Lalisa sontak mengerut, siapa gerangan di pagi buta seperti ini. Perasaan Lalisa tidak membuat janji dengan siapapun, apalagi teman cowoknya.

"Siapa?" Tanya Lalisa penasaran.

"Namanya Pandu, non,"

Lagi, kening Lalisa di buat mengerut. Pandu? Untuk apa Pandu pagi-pagi datang ke rumahnya. Ada hal penting kah? Atau ada sesuatu yang mendesak.

"Oh Pandu, makasih Pak Maryo," ucap Lalisa.

"Iya non," balas Pak Maryo.

Tanpa pikir panjang, Lalisa segera bangkit dari duduknya. Niatnya sarapan kini ia urungkan kembali. Lalisa hanya meminum susu, lalu segera keluar untuk menemui Pandu.

***

Sesampainya di gerbang, manik mata Lalisa menangkap sosok Pandu di atas motornya. Lalisa berjalan berlahan untuk mendekat Pandu.

"Pandu," panggil Lalisa saat baru saja sampai di sebelah Pandu.

Merasa namanya di panggil oleh seseorang, Pandu segera menoleh dan mendapati Lalisa. Sudut bibir Pandu mengembangkan, saat melihat matanya bertemu dengan mata Lalisa.

"Mau berangkat sekolah?" Tanya Pandu.

Dengan polosnya, Lalisa mengangguk tanpa beban. "Iya, emang kenapa?"

Destiny Scenario [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang