"Kalo hidup lu terus bergantung sama harapan yang gak pasti, lu gak akan bisa jalanin hidup ini, Kai." Peringat Denta penuh makna.
Kaivan masih diam merasakan kebimbangan di hatinya. Sejak melihat Lalisa memakai cincin yang sama, dengan cincin yang pernah Kaivan beli untuk Rhea. Sejak itu pula, kegalauan Kaivan semakin membara.
Kaivan menghela nafasnya perlahan. "Gue bingung, Ta." ujar Kaivan.
"Cincin punya Rhea, sama persis kayak punya Lalisa. Lu liat kan?"
"Ya elah, Kai. Masalah cincin sama aja lu sampai segitunya. Lu gak liat, noh baju di mall sama semua, gak jadi masalah tuh." Sungut Denta sebal.
"Tau lu, lu kira cincin yang lu beli buat Rhea, cuma satu di dunia? Mangkring banget lu." Sahut Kavin tidak kalah sebal.
"Kai, lu lihat Kavin. Dia santai-santai aja waktu di tolak Sinta pas SMP. Dia gak bertahan sama harapan yang udah pasti gak akan dia dapet." nasehat Denta.
Kavin yang merasa namanya di sebut pun sontak menatap Denta bingung. Sedari tadi Kavin memang diam, tidak ingin ambil pusing mengenai kegalauan Kaivan yang tidak ada ujungnya.
"Gue sama Kavin beda, Ta. Kavin di tolak sedangkan gue di tinggal tanpa ada kabar dan kepastian." jawab Kaivan.
"Nah itu lu sadar barusan, lu tinggal tanpa ada kabar dan kepastian. Ngapain juga lu capek-capek buang tenaga, buang waktu buat yang gak pasti." Geram Denta.
"Sekarang, terserah lu, Kai. Mau nunggu yang gak pasti atau mencari yang sudah pasti." Timpal Kavin angkat bicara.
"Asik, mendadak bijak gue. Berasa jadi anaknya Mario Teguh." Celetuk Kavin bangga.
"Sinting lu!" Ketus Denta.
Kaivan masih diam, sorot matanya lurus terlihat kosong. Bukan hanya matanya saja, bahkan hati Kaivan sudah kosong sejak 2 tahun lalu. Hanya dilema yang selalu menghantui hidupnya.
"Gue masih gak percaya, kalimat tadi keluar dari mulut gue." Sahut Kavin mencairkan suasana.
Jujur saja, Kavin dan Denta sudah bosan mendengar ratapan hati seorang Kaivan. Kegalauan yang tidak ada akhirnya, membuat mereka benar-benar frustasi. Ini yang di rasakan orang-orang yang di campakkan?
"Diem kek, Vin. Temen lagi galau juga." Sungut Denta.
"Capek gue, denger suara hati Kaivan yang selalu galau." Ucapnya malas.
"Diem kampret, gue cincang, mau?" Tajam Kaivan kesal.
"Ampun bang jago, sory bang jago, ampun bang jago." Jawab Kavin asal mengikuti tren tik tok yang sedang viral.
"Kai, gue yang di tolak aja, bisa bahagia hidupnya, masa lu yang di tinggal gak bisa bahagia, tunjukkin sama mantan kalo lu juga bisa bahagia tanpa dia." Imbuh Kavin sok bijak.
"Bener tuh kata Kavin. Gue setuju kali ini sama lu, Vin" ujar Denta mengiyakan.
"Jadi, selama ini lu gak pernah setuju sama gue, Ta?" Tanya Kavin.
Dengan entengnya Denta mengiyakan.
"Soalnya gue ragu, sama jawaban yang di peroleh dari otak gesrek, lu." Ungkapnya tanpa beban.
"Sialan!" Umpat Kavin.
***
Kantin masih ramai dengan siswa-siswa Nusantara. Bahkan Lalisa dan Kirei juga sama, mereka juga sedang sibuk dengan makanan mereka masing-masing.
Niatnya, Lalisa ingin bolos sekolah karena matanya bengkak. Itu efek gara-gara Lalisa menangis semalam. Tapi niatnya, ia urungkan. Bagaimana jika guru tahu, anak baru sudah berani membolos? Citranya akan buruk bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Scenario [On Going]
Teen FictionApa yang kamu lakukan saat kembali di pertemuan dengan seseorang yang membuat kamu harus berbohong demi sebuah janji? Memberi tahunya?atau malah menghindari? Lalisa Naraya Maharani gadis ceria yang hidupnya di hantui rasa bersalah. Bukan keinginanny...