Hari ini, sepulang sekolah Kaivan tidak langsung menuju ke rumah sakit. Kaivan sengaja pulang terlebih dahulu, karena baru selesai latihan basket, jadi Kaivan harus membersihkan badannya terlebih dahulu.
Kaivan melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. Pukul tujuh malam, besok hari libur, jadi Kaivan berniat menjaga Lalisa. Dirasa sudah rapi, Kaivan turun ke lantai bawah. Dan di ruang tengah, menemukan Amara sedang sibuk dengan ponselnya.
"Gue pulang malam," seru Kaivan saat baru saja sampai.
Amara yang sadar keberadaan adiknya, melirik sekilas pada Kaivan. "Lu ngomong sama gue?" Tanya Amara.
"Iyalah, masa gue ngomong sama si Bima," ketus Kaivan kesal.
"Kalo lu ngomong sama gue, mana sopan santun lu, sebagai seorang adik," sentak Amara heran dengan Kaivan.
Adiknya ini sungguh spesies cowok yang tidak berakhlak. Untung adik, jika tidak sudah Amara tendang ke Timor-Timor detik ini juga.
"Lu kakak gue?" Kaivan balik menyerang Amara, dan benar saja. Pertanyaan balik Kaivan mampu membuat Amara tersulut emosi.
"Bagus, Pak Hendra, si curut anaknya siapa sih!" Pekik Amara mulai kesal.
"Kalo ganteng, berarti anak Pak Hendra," seru Pak Hendra yang baru saja keluar kamar.
Kaivan menoleh, tumben ayahnya sudah ada di rumah. Biasanya, jika akhir pekan, pekerjaan ayahnya banyak dan akan membuat Pak Hendra lembur.
"Mampus!" Ledek Kaivan dengan menjulurkan lidahnya tepat di wajah Amara.
Karena kesal, Amara melempar bantal sofa di Kaivan, tapi sebelum itu, Kaivan menangkapnya.
"Pak Hendra yang terhormat, tolong didik anak bungsu bapak, dengan baik dan benar," omel Amara membuat Kaivan dan Pak Hendra berkekeh.
"Gak usah ketawa, gak ada yang lucu!" Cerca Amara.
"Bodoh!" Sahut Kaivan tanpa dosa.
Pak Hendra duduk di salah satu sofa. Menatap kedua anaknya yang sudah seperti Tom and Jerry setiap harinya. Tapi, Pak Hendra senang, karena ributnya kedua anaknya berarti ada rasa sayang.
"Udah, gak capek ribut terus," tegur Pak Hendra santai.
"Kaivan yang mulai, Pa," aduh Amara.
"Yang tua aja, yang gak mau ngalah," celetuk Kaivan dan sukses mendapat tatapan sinis dari Amara.
"Mau kemana kamu, Kaivan?" Tanya Pak Hendra.
"Mau jenguk temen, Pa, nanti Kaivan pulang agak maleman," Kaivan memberitahu Pak Hendra.
Pak Hendra mengangguk paham. "Paling juga mau pacaran," sahut Amara tanpa dosa.
Kaivan enggan merespon sahutan kakaknya. Keributan dirinya dan kakaknya harus segera di sudahi.
"Pa, Kaivan berangkat, disini ada nenek peyot banyak bacot," pamit Kaivan di sertai ledekan pada Amara.
"Kaivan, gue kunci lu dari dalem," ancam Amara membara.
Kaivan mendekat Pak Hendra yang masih mengamati pertikaian anak-anaknya. Kaivan mencium punggung tangan Pak Hendra.
"Bodoh, gue punya kunci cadangan," bisik Kaivan tepat di telinga Amara.
"Kaivan!!"
***
Kaivan sudah sampai di rumah sakit. Bahkan sekarang Kaivan sudah berdiri tepat di depan kamar rawat Lalisa. Tapi niatnya untuk masuk, mungkin harus ia urungkan. Saat ini, Lalisa sedang bersama Pandu, dan yang membuat Kaivan teriris, Lalisa sedang disuapi oleh Pandu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Scenario [On Going]
Teen FictionApa yang kamu lakukan saat kembali di pertemuan dengan seseorang yang membuat kamu harus berbohong demi sebuah janji? Memberi tahunya?atau malah menghindari? Lalisa Naraya Maharani gadis ceria yang hidupnya di hantui rasa bersalah. Bukan keinginanny...