Sekilas Masa Lalu

21 2 0
                                    

Langit sudah mulai berubah keorenan, menandakan matahari akan segera istirahat untuk menyambut hari esok. Di sebuah bangku panjang taman, seorang gadis duduk sembari menatap objek yang sibuk kesana-kemari. Wajahnya terlihat lesu, matanya juga sudah mulai sayuh.

Suara alunan musik ibu-ibu senam masih setia masuk ke indra pendengarannya. Sejak tadi, kesibukannya hanya diam, membuatnya bosan setengah mati. Matanya, melihat jam di layar ponsel. Sudah menunjukkan pukul lima sore.

"Kaivan!!" Pekiknya dengan suara melengking.

Gadis itu Lalisa, gadis yang sedari tadi hanya diam memandang Kaivan yang sibuk dengan bola basketnya. Lalisa sudah cukup sabar, memberi waktu Kaivan untuk bermain basket. Tidak ini sudah hampir satu jam, bisa-bisa Lalisa menjamur di sini.

Kaivan mulai mendekati Lalisa. "Kenapa?" Tanyanya sok polos.

Lalisa terkejut bukan main, tidak adakah pertanyaan yang lebih berbobot selain, kenapa.

"Udah sore, gue capek ngeliatin lu bolak-balik kek setrika." Eluh Lalisa dengan wajah memelas.

Kaivan menghela nafasnya, mencari udara bebas agar nafasnya teratur. Kaivan duduk di samping Lalisa, lalu tangannya mengambil sebotol air mineral yang tadi ia beli sebelum ke sini.

"Mau pulang sekarang?" Tanya Kaivan setelah minum.

Mata Lalisa berputar malas. "Nunggu jodoh gue jemput gimana." Ucap Lalisa kesal.

Kepala Kaivan mengangguk setuju. "Bagus tuh, gue suka pendapat lu. Paling sebelum jodoh lu jemput ke sini, lu udah jadi kerangka manusia." Sahut Kaivan tak berdosa.

"Sadis!"

Mereka diam, suasana hening menyelimuti di antara keduanya. Mata mereka sibuk dengan objek masing-masing. Tidak ada hak yang menarik di taman itu, hanya tinggal ibu-ibu senam.

Lalisa melirik Kaivan yang sedang menatap lurus.

"Kenapa sih, lu senang banget nyulik gue buat ke sini. Ini kedua kalinya, dan seperti biasa, gue cuma liatin lu main basket." Kesal Lalisa membara.

"Ya gak kenapa-kenapa, emang harus ada alasan buat ngajak lu kesini?" Ucap Kaivan tanpa beban.

"Jelas harus ada lah," sentak Lalisa tidak terima.

"Gue kasihan aja sama lu, hidupnya monoton, gak ada hiburannya." Jawab Kaivan dengan nada mengejek.

Jawaban yang tidak terduga dari mulut Kaivan. Tidak, Lalisa sudah terbiasa dengan mulut pedas Kaivan serta hinaan-hinaan yang sudah pernah ia terima. Jadi, mentalnya sudah cukup tangguh menerima itu semua.

Dengan senyum terpaksa, Lalisa menatap Kaivan. "Terima kasih atas hinaannya, mas Kaivan." Ucap Lalisa kesal.

"Sebenarnya, lu cewek kedua, setelah masa lalu gue, yang pernah gue ajak ke sini." Ungkap Kaivan tiba-tiba.

Mendadak Lalisa diam membeku. Kenapa Kaivan suka sekali mengungkapkan sesuatu mendadak. Apa Kaivan tidak tahu, betapa tidak siapnya jantung Lalisa setiap Kaivan mengungkapkan sesuatu.

Lalisa menghembuskan nafas lewat mulut. Tenggorokannya mendadak kering, setelah Kaivan tiba-tiba cerita tentang masa lalunya.

"Lu tahu gak, Lis. Orang di masa lalu gue, adalah orang yang buat gua jatuh cinta, dan dia adalah cinta pertama gue." Beritahu Kaivan.

Lalisa menoleh ke arah Kaivan, dan juga sebaliknya, membuat mata mereka bertemu saat itu juga. Karena tidak sanggup bertatapan dengan Kaivan, Lalisa segera membuang wajahnya ke sembarang arah.

"Pasti cewek itu spesial banget buat lu?" Tebak Lalisa, mengikuti jalan cerita Kaivan.

Kaivan mengangguk lemah. "Dia istimewa buat gue, Lis. Gue belajar banyak dari dia, dia selalu ngertiin gue, dia selalu perhatian, dia selalu kasih semangat buat gue. Dan yang pasti, dia memberi kasih sayang yang selalu gue rindu dari sosok ibu."

Destiny Scenario [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang