Pemaksaan

11 3 0
                                    

Bel pulang sekolah sudah berdering. Pertanda, usai sudah kegiatan belajar mengajar untuk hari ini. Lalisa dan Kirei sudah selesai merapikan barang-barang mereka. Sekarang, mereka berjalan di koridor kelas yang mulai sepi.

"Sekarang, si jomblo karatan udah punya pacar nih," pancing Kirei pada Lalisa yang masih sibuk berjalan.

Mata Lalisa melirik Kirei sinis. "Siapa juga yang pacar," kelak Lalisa dengan wajah santai.

"Lu lah, tadi pagi kononnya ada yang dianter sama cowok Bina Mulya," Kirei mulai menggoda Lalisa. Cengiran mautnya mulai terlihat di bibir.

"Pandu maksud lu, dia tetangga kompleks gue kali," sahut Lalisa tanpa berbohong.

"Tetangga apa tetangga," goda Kirei semakin menjadi.

Lalisa menghentikan langkah kakinya. Menatap kirei dengan tatapan malas. Temannya ini suka sekali menggodanya. Bahkan dari awal masuk kelas sampai saat ini, masih saja menggodanya.

"Tetangga lah, ya kali suami," sungut Lalisa lalu segera meninggalkan Kirei yang tersenyum jahil.

Segera Kirei berlari kecil untuk mengimbangi kecepatan jalan Lalisa.

"Kalo sama Kaivan gimana?" Celetuk Kirei.

Lalisa tidak langsung menjawab. Hatinya juga bertanya, hubungannya dengan Kaivan sebenarnya apa? Teman? Calon pacar? Atau? Ah, Kaivan sudah berjanji tidak akan menyukainya.

"Temen, Rei," ucap Lalisa tanpa menoleh.

Kirei melirik Lalisa, ada kegelisahan di hati Lalisa, saat Kirei bertanya tentang hubungannya dengan Kaivan. Apa jangan-jangan Lalisa menyukai Kaivan?

"Yakin nih,"

Tanpa pikir panjang, Lalisa segera mengangguk. "Yakinlah, lagi pula Kaivan udah janji gak bakal suka sama gue. Terus buat apa juga gue suka sama dia?" Heran Lalisa tanpa sebab.

Bibir Lalisa tersenyum getir setelah menjawab pertanyaan Kirei. Tersirat, ada rasa tidak rela jika hanya berteman dengan Kaivan. Tapi, janji tetap janji, Lalisa hanya membantu Kaivan melupakan masa lalunya. Dan Kaivan, berjanji tidak akan menyukainya. Simple kan? Setelah itu, selesai semuanya.

"Janji tetap janji, Lis. Tapi, yang namanya perasaan yang bisa di bohongi," ucap Kirei saat baru saja sampai di pos satpam.

Lalisa hanya diam saat mendengar ucapan Kirei. Lalisa tahu, menahan rasa suka memang menyakitkan, apalagi hanya terbatas karena janji. Menyedihkan bukan?

"Gue duluan, sopir udah jemput," pamit Kirei disertai senyum.

"Iya, hati-hati," pesan Lalisa lalu di angguki Kirei. Lalisa masih mengamati Kirei yang mulai masuk ke mobil. Melambaikan tangan pertanda perpisahan.

Lalisa duduk di salah satu bangku dekat pos satpam. Menunggu jemputannya yang belum datang sampai sekarang. Lamunan Lalisa buyar, saat deru motor berhenti tepat di hadapannya.

Lalisa menemukan Kaivan di sana. Cowok dengan motor ninjanya, lalu Hoodie hitam yang melekat di tubuhnya. Lalisa diam, matanya menatap Kaivan datar.

"Ikut gue," titah Kaivan tiba-tiba.

"Lu siapa nyuruh-nyuruh gue?" Serangan balik dari Lalisa membuat Kaivan harus menghela nafasnya perlahan.

"Gue cowok tampan," jawab Kaivan seakan menyombongkan diri.

"Sombong," desis Lalisa.

Kaivan berdecak sebal, kenapa ada spesies cewek menyebalkan di Nusantara seperti Lalisa ini. Kaivan kira, hanya Amara saja yang sudah membuatnya harus lebih bersabar menghadapi cewek. Tapi nyatanya, ada Lalisa, si cewek menyebalkan dengan segala tingkahnya.

Destiny Scenario [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang