Jadi Dia?

26 4 0
                                    

Masih ada sepuluh menit lagi sebelum bel masuk berbunyi. Lalisa sudah sampai di sekolah. Sebenarnya, ada rasa malas Lalisa datang pagi-pagi. Biasanya, Lalisa akan sengaja terlambat agar tidak bertemu dengan mata pelajaran yang membosankan.

Ingat, Lalisa masih terbilang anak baru di Nusantara. Bagaimana jika image-nya buruk di mata guru. Lalisa mulai memasuki area sekolah. Banyak murid  yang lalu-lalang menuju kelas.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggilnya dari belakang.

"Lalisa." panggil seorang gadis.

Lalisa hanya melempar senyum indahnya. Gadis itu kini sejajar dengan Lalisa. Lalisa tidak bisa mengelak, jika gadis di hadapannya bisa dibilang cantik.

"Bahkan gue masih lupa sama nama, nih orang" batin Lalisa.

"Sendiri aja?" tanyanya basa-basi.

Lalisa mengangguk. "Iya, lu sendiri?"

"Seperti yang lu lihat." acuhnya.

"Gak ada temen?" tanya Lalisa penasaran.

Langkah gadis itu tiba-tiba berhenti. Ia menatap Lalisa dengan tatapan susah diartikan. Sontak saja Lalisa mengikuti menghentikan langkahnya.

Senyum terbit di bibirnya. "Ada banyak." jawabnya singkat.

Lalisa mengangguk. "Tapi kalo lagi butuh doang." lanjutnya membuat Lalisa diam tidak mengerti.

Gadis itu kembali tersenyum pada Lalisa.

"Gak usah di pikirin, gak penting juga." ujarnya acuh.

"Lalisa!" pekik seseorang dari arah gerbang.

Sontak saja Lalisa dan gadis itu menoleh ke belakang. Dan siapa tersangkanya? sudah pasti Kirei, gadis pemilik suara menggelegar.

Kirei menghampiri Lalisa lalu merangkulnya.

"Lagi ngobrol?" tanya Kirei.

"Gak, lagi arisan." balas Lalisa asal.

Kirei mengangguk paham. Sorot matanya menatap gadis di samping Lalisa tidak suka.

"Oh , gue rasa lu arisan sama orang yang salah, Lis." tajam Kirei.

"Kenapa?" tanya Lalisa polos.

"Soalnya lu arisan sama orang yang banyak boongnya." sindir Kirei.

Ucapan Kirei sukses membuat Lalisa diam tidak mengerti. Bahkan gadis yang ada di samping Lalisa juga hanya diam dari tadi.

"Apaan sih, Rei. Gak jelas deh, lu." ucap Lalisa.

"Lis, gue ke kelas duluan, ya." pamit gadis itu.

"Iya"

"Gue duluan, Lis, Rei" ucapnya lalu berlalu dari Lalisa dan Kirei.

Sepeninggalan gadis itu, Lalisa langsung melepaskan rangkulan kirei, lalu menatap kirei dengan penuh selidik.

"Maksud lu apa sih?" tindas Lalisa tidak segan-segan.

"Lu lupa sama tuh anak?" tanya Kirei kesal.

Lalisa mengangkat bahunya acuh.

"Gimana gue gak lupa? Muka temen SMP kita aja udah pada berubah." sahut Lalisa.

"Rei, lu yang sahabat gue saja, gue masih pangling sama muka lu, gimana sama yang lain." ucap Lalisa.

"Jadi selama ini lu meragukan kecantikan paripurna gue, gitu?" sungut Kirei menggebu.

"Sedikit sih" ungkap Lalisa ragu.

Kirei memutar bola matanya malas. "Iya gue tau, gue dulu buluk, tapi kan sekarang gue kan udah glow up." angkuhnya.

Destiny Scenario [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang