Khawatir?

25 3 0
                                    

Ini sudah sore, dari pagi sampai sekarang. Lalisa masih sedia di atas kasurnya. Padahal, Lalisa bosen terus-terusan berbaring. Bi Lastri tidak memperbolehkannya untuk beranjak dari kasur walau cuma satu langkah.

"Ini udah sore, pasti bibi lagi sibuk nyiapin makan malam." Guman Lalisa.

Di otaknya, berbesit akal untuk keluar. Tanpa menunggu lama, Lalisa segera beranjak dari kasur dan turun ke lantai bawah. Untung saja sepi, suara Bi Lastri memasak bisa Lalisa dengar.

Segera Lalisa keluar rumah dan berjalan ke taman kompleks.

***

Suasana taman di sore hari membuat nyaman. Sunset yang hampir menyapa akan membuat siapapun terpesona dengan keindahannya.

Lalisa duduk di sebuah bangku panjang. Tidak terlalu ramai, hanya beberapa orang saja di sana. Kedua sudut bibir Lalisa tersenyum saat melihat anak kecil sedang bermain bola sendirian.

Ingatannya tertuju pada Manda, gadis kecil yang sudah beberapa hari ini tidak ia temui. Pasti Manda akan ngambek jika bertemu. Lamunan Lalisa terganggu saat ada bola yang menyentuh kakinya.

Tangan Lalisa mengambil bola itu. Lalu menghampiri anak kecil itu.

"Ini bola kamu?" Tanya Lalisa lalu di angguki anak kecil itu.

"Mau main gak, sama kakak?" Dengan antusias anak kecil itu mengiyakan tawaran Lalisa.

"Tapi sebelum main, kita harus kenalan dulu. Mau?"

Lalisa mengulurkan tangannya. "Nama kakak, Lalisa."

"Nama aku, Galen." Jawab singkat.

"Mau main sekarang?" Anak kecil itu mengangguk kembali.

Mereka bermain bersama, Lalisa tidak tahu di mana orang tua Galen. Yang pasti, Lalisa akan menunggu orang tua Galen sampai datang menjemputnya.

Mereka bermain dan sesekali tertawa. Melihat tawa Galen yang menggemaskan membuat Lalisa terenyuh.

"Galen gak di cariin sama mama, tadi Galen ke taman sama siapa?"

"Tadi Galen ke taman sama kakak."

"Terus kakaknya mana. Ini udah sore, gak baik anak kecil main sendirian di luar rumah."

"Tadi kakak mau beli minum, tapi gak ke sini lagi."

"Mau Kakak antar pulang gak?"

Galen menggeleng cepat. Kening Lalisa sontak mengerut tidak paham.

"Itu kakak Galen, kak Lalisa." Ucap Galen sembari menunjuk seorang cowok yang sedang berlari kecil menuju ke arah mereka.

"Galen," panggil cowok itu.

Galen segera memeluk kakaknya dan langsung di gendong. Lalisa tersenyum manis saat melihat interaksi kakak dan adik yang jaraknya jauh sekali.

"Makasih udah jagain, Galen." Ucap kakak Galen.

Lalisa mengangguk. "Iya sama-sama. Lain kali jangan tinggalin Galen sendirian. Untung yang nemuin orang baik, kalo orang jahat gimana. Kasihan kan Galen-nya."

Destiny Scenario [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang