Hari sudah mulai sore, Ibu Eva pasti khawatir karena Manda belum pulang. Karena acara memboking tempat dan makan es krim sudah selesai. Lalisa dan Kaivan akan mengantarkan Manda ke panti.
Mereka baru saja keluar dari toko es krim, tubuh Lalisa juga sudah lelah, karena seharian harus menghadapi ujian hidup yang rumit. Sedangkan, Kaivan masih sering bergurau dengan Manda yang tidak ada hentinya.
"Kakak, Manda mau gulali." Pinta Manda sembari menunjuk tukang gulali di seberang sana.
"Manda, mau gulali?" Goda Lalisa.
Kepala Manda mengangguk semangat.
"Tapi belinya sama kak Kaivan ya, kakak mau ke toilet dulu." Lalisa berujar. Kaivan yang sedari tadi menyimak menatap Lalisa heran.
"Bilang aja, lu gak mau beliin kan?" Sahut Kaivan.
Lalisa memici dengan tatapan meremehkan. Tangannya membuka tas kecil yang ia selampekan di baru. Mengambil dompet dan memberikan selembar uang seratus ribu pada Manda.
"Manda, nanti bayar pake uang ini. Jangan minta ke kak Kaivan, ngerti?" Pesan Lalisa lalu melirik Kaivan sinis.
"Kakak, ke toilet bentar ya." Pamit Lalisa kembali masuk ke toko es krim.
Sepeninggalan Lalisa, Kaivan mengeratkan genggaman tangannya dengan Manda.
"Manda mau beli sekarang." Ajak Kaivan, dan detik berikutnya mereka mulai menyeberangi jalan. Kebetulan sekali, lampu hijau menyala untuk pejalan kaki.
***
Lega rasanya setelah mengeluarkan hajat. Lalisa sedang berdiri di tepi jalan, matanya menatap Kaivan dan Manda di seberang jalan. Mereka sibuk memilih gulali.
Matanya beralih menatap lampu merah yang belum menunjukkan lampu hijau untuk pejalan kaki. Beberapa detik kemudian, lampu hijau menyala. Lalisa segera melangkahkan kaki untuk menyeberang.
Tanpa ada beban, tiba-tiba saja langkah kaki Lalisa berhenti saat suara klakson mobil berbunyi. Lalisa menoleh ke belakang, ternayata lampu hijau untuk pengguna jalan sudah menyala. Tapi hambatan yang membuat mereka membunyikan klakson. Ada seorang nenek yang sedang berjalan lambat.
Tanpa pikir panjang, Lalisa kembali untuk membantu sang nenek. Padahal, langkahnya sebentar lagi akan tuntas untuk menyeberang.
"Nenek gak papa?" Tanya Lalisa sembari merangkul sang nenek.
"Nenek gak papa, Nak." Jawabnya tanpa menghentikan langkahnya.
"Gak usah buru-buru, Nek. Jangan dengerin bunyi klaksonnya." Pesan Lalisa lalu nenek itu mengangguk.
Perlahan Lalisa membantu nenek itu berjalan. Kaivan yang sedari tadi menatap Lalisa takjub hanya diam. Jujur, kali ini Kaivan di buat terkesan dengan perilaku Lalisa.
Setelah lumayan lama, akhirnya Lalisa berhasil membantu sang nenek menyeberang.
"Nenek, sendirian?" Tanya Lalisa memastikan keadaan sang nenek.
"Iya,"
"Mau saya antar, nenek mau ke mana?"
"Gak, nak. Udah cukup sampai sini aja, makasih udah bantuin nenek." Tutur nenek tersebut.
Lalisa mengangguk dengan senyum ramah.
"Kalo gitu, saya pergi dulu, nek." Pamit Lalisa lalu mencium punggung tangan nenek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Scenario [On Going]
Fiksi RemajaApa yang kamu lakukan saat kembali di pertemuan dengan seseorang yang membuat kamu harus berbohong demi sebuah janji? Memberi tahunya?atau malah menghindari? Lalisa Naraya Maharani gadis ceria yang hidupnya di hantui rasa bersalah. Bukan keinginanny...