Penculikan Or Pemaksaan

23 3 0
                                    

Di sini, sudah hampir 30 menit Lalisa memandang orang yang menculiknya. Entah apa yang membuat orang itu melakukan hal aneh ini. Siapa lagi kalau bukan Kaivan.

Orang yang menarik paksa Lalisa untuk ikut dengannya. Tapi lihat saja kelakuan Kaivan saat ini, mengabaikan Lalisa begitu saja dan sibuk dengan bola basket sedari tadi.

"Kaivan!" Teriak Lalisa jengah.

Kaivan tidak perduli dengan teriakan Lalisa. Dia malah semakin asik bermain basket. Sial, kenapa Lalisa harus ikut Kaivan tadi.

"Kalo lu gak ke sini, gue bakal lapor polisi atas tuduhan penculikan!" Ancaman Lalisa kali ini tidak main-main.

Lihat, sekarang Kaivan menghentikan permainannya dan menatap Lalisa dari kejauhan. Sembari mendribble bola basketnya, Kaivan berjalan mendekat Lalisa.

"Bagus, diancam dulu baru ke sini." Imbuh Lalisa kesal.

"Kenapa?" Tanya Kaivan.

Mata Lalisa melotot tidak percaya. Bisa-bisanya Kaivan tanya 'kenapa' setelah memaksa Lalisa ikut dengannya.

"Kenapa kata lu?" Lalisa mengulangi pertanyaannya Kaivan.

Suara tepuk tangan menggema di setiap sudut taman. Lalisa juga tersenyum remeh, tiba-tiba senyumnya berhenti dan menatap Kaivan tajam.

"Setelah lu paksa gue buat ikut sama lu, lu tanya kenapa sekarang?" Lalisa berkekeh seperti orang gila. Apa-apaan ini, di sini Lalisa yang menjadi korban. Tapi kenapa Kaivan seolah-olah tidak melakukan kesalahan-kesalahan.

"Udah setengah jam gue nunggu lu buat jelasin yang sebenarnya. Tapi, lihat, lu seakan-akan gak terjadi apa-apa!" Cerca Lalisa tidak habis pikir.

"Salah sendiri mau ikut." Sahut Kaivan tanpa rasa bersalah.

"Wah, hebat banget lu. Paksa orang buat ikut, tapi gak ada rasa bersalah sedikitpun." Takjub Lalisa untuk mencibir.

"Gue gak nyuruh lu buat ikut." Sangkal Kaivan tidak mau mengaku.

Lalisa menatap layar ponselnya, lalu mengangguk-anggukkan seakan tahu jawaban.

"Baru 40 menit yang lalu, dan sekarang lu mendadak amnesia. Sebenarnya, ini penculikan atau pemaksaan?"

"Gak dua-duanya."

"Oke kalo gitu. Gue tinggal lapor polisi kalo ada yang culik." Lalisa bersiap melapor pada pihak berwajib. Tapi, Kaivan segera mencegah Lalisa.

"Kenapa takut?" Tajam Lalisa belum puas.

"Maaf." Lirih Kaivan.

Kaivan duduk di pinggir lapangan. Wajahnya pilu dengan keringat yang masih melekat di wajahnya. Lalisa hanya mampu memandang Kaivan malas.

"Tadi gue menghindari cewek kegatelan." Ungkap Kaivan lalu melirik Lalisa.

Lalisa menghela nafasnya kasar, Kenapa tidak dari tadi Kaivan menjelaskan semuanya. Kenapa harus pakai acara ancaman dan berdebat lebih dahulu.

Lalisa ikut duduk di samping Kaivan. Tangan Lalisa menyodorkan sebotol air mineral yang ia beli saat di kantin.

"Udah di buka apa belum?" Tanya Kaivan.

"Belum, takut banget gue kasih racun." Ucapan Lalisa sukses membuat Kaivan menghentikan kegiatannya.

"Mati gak nih, kalo gue minum?" Tanya Kaivan memastikan.

"Gak, paling lu langsung jatuh cinta sama gue." Kaivan sampai tersentak karena pernyataan Lalisa.

"Ngaco lu, mana bisa gue suka cewek aneh kayak lu."

Destiny Scenario [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang