Hal yang paling membahagiakan di tengah kebosanan belajar adalah suara bel istirahat. Tidak bisa di pungkiri, kalau setiap siswa akan bersorak gembira mendengar deru bel istirahat, yang terdengar di telinga mereka.
Dan apa yang paling di senangi para siswa, setelah jenuh berhadapan dengan huruf dan angka. Jawabannya pasti pergi ke kantin sekolah. Istirahat memang di perlukan, tidak ada pekerjaan yang lebih lelah dari berfikir. Butuh konsentrasi untuk memahami semua pelajaran.
"Ah leganya, setelah ngitung buah jatuh dari pohon, pakai rumus fisika lagi." Lenguh Kavin saat baru duduk di bangku kantin.
"Berasa gak ada kerjaan gue, ngitungin buah jatuh dari pohon, pake rumus kecepatan, gravitasinya berapa. Mending ngitung duit, yang jelas-jelas di depan mata." Sahut Denta dramatis.
"Terus gimana yang anak IPS, akuntansi kan ngitungin duit sampai milyaran, tapi cuma angka." Timpal Kaivan kesal.
Sejak keluar dari kelas, Kavin dan Denta selalu saja mengeluh tentang pelajaran fisika yang menurut mereka tidak ada gunanya. Sepanjang perjalanan menuju kantin, telinga Kaivan sampai panas, rasanya capek mendengar eluhan mereka yang tidak ada hentinya.
"Setidaknya bisa terapin buat kerja nanti." Jawab Kavin.
"Dasar bego, katanya lu mau jadi arsitek, fisika berguna juga lah, kalo mau buat rancangan gambar." Tajam Kaivan.
Dengan sadisnya Kaivan menimpali Kavin yang membuatnya sekakmat. Ada benarnya juga ucapan Kaivan. Selain pandai bermain bola basket, Kavin juga handal dalam menggambar. Dan katanya, Kavin akan kuliah arsitektur untuk mencapai impiannya menjadi arsitek.
Puas sekali melihat Kavin sekakmat oleh ucapan Kaivan. Denta tertawa sampai meronta-ronta. Kavin yang melihat Denta bahagia pun menatapnya sinis.
"Astaga, gue mendadak amnesia sama cita-cita sendiri." Heran Kavin pada dirinya.
"Bangsat, pengen gue tampol pala lu, Vin." Sahut Denta masih dalam keadaan tertawa.
"Bahagia lu, temen dihina sama temen sendiri." Timpal Kavin kesal.
Tanpa memikirkan Kavin dan Denta, Kaivan bangkit dari duduknya. Berjalan untuk memesan cilok ke Mpok Nur. Mereka sudah sepakat untuk makan cilok, sudah beberapa hari ini mereka melupakan Mpok Nur. Katanya, cilok Mpok Nur selalu membuat mereka rindu.
Kaivan sampai di tempat Mpok Nur, segera Kaivan memesan.
"Mpok Nur, kayak biasa ya." Pesan Kaivan.
Dengan senang, Mpok Nur mengangguk dan memberikan jempol pada Kaivan. Disini masih banyak orang yang mengantri, jadi Kaivan memutuskan untuk kembali ke meja.
***
Denta masih terus mencoba menghentikan tawanya. Kavin hanya diam, dengan mata menatap sinis Denta. Karena Kaivan sedang memesan cilok. Jadi mereka hanya berdua saja di meja.
"Diem napa, Ta. Sebahagia itu, karena gue dihina Kaivan?"
Pertanyaan itu terlontar dari mulut Kavin, karena kesal Denta masih saja terus tertawa karena ucapan Kaivan yang membuat Kavin sekakmat. Sebahagia itukah Denta di atas penderitaan Kavin.
"Lagian lu gak ngotak, bilang gak suka pelajaran fisika, tapi cita-cita arsitek. Yang jelas-jelas bakal pake pelajaran fisika." Sahut Denta mulai mereda tawanya.
"Mana gue tahu, yang gue tahu, arsitek tuh kerjaannya gambar, gak ada itung-itungan. Makanya gue pengen jadi arsitek." Jawab Kavin polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Scenario [On Going]
Teen FictionApa yang kamu lakukan saat kembali di pertemuan dengan seseorang yang membuat kamu harus berbohong demi sebuah janji? Memberi tahunya?atau malah menghindari? Lalisa Naraya Maharani gadis ceria yang hidupnya di hantui rasa bersalah. Bukan keinginanny...