B.Y.E-23

1.1K 131 10
                                    

Komplek perumahan megah Armadelia yang biasanya ramai di hari minggu kini terlihat lebih sepi, mentari pagi hangat mulai meneduh di iringi angin yang berhembus ringan membuat bulu-bulu halus di tubuh berdiri tegak, suasana begitu kelam dan mengharukan saat sebuah mobil ambulance terhenti tepat di halaman luas rumah keluarga Armadelia.

Beberapa petugas rumah sakit turun mengeluarkan peti jenazah dan membawanya masuk kedalam rumah. Isakan pedih menyambutnya, tangis kesedihan membucah dari si anak tunggal keluarga Armadelia. Regina dan Danissa mengapitnya, merangkul tubuh lemah si gadia dan berusaha menguatkan.

"Mamaaaaaaaaaaaa.. hiks.. hiks.. " Pekik Jessica histeris.

"Jessi sayang sabar yaa.." Bisik Regina memeluknya erat, air matanya pun tak sanggup ia tahan dan ikut mengalir.

"J-Jessi sendiri kak hiks.. mama ninggalin Jessi hiks.. hiks.. "

"Gak sayang, ada kakak, ada kita yang nemenin Jessi.." Timpal Danissa di angguki Regina.

Andara, Judy, Marion, luna dan gadis-gadis lainnya saling merengkuh di belakang mereka dengan tangis yang juga pecah.

Peti mulai di letakan di tengah ruang tamu luas rumah itu, rangkaian bunga telah memenuhi halaman dan rumah Jessica, tamu-tamu dari tetangga dan kolega bisnis nyonya Rossiana pun semakin banyak berdatangan.


Jessica melepaskan pelukan Regina, berjalan lemas ke arah peti jenazah sang ibunda. Tangannya gemetar saat membuka kain penutup wajah ibundanya. Jessica memejamkan mata dengan bibir bawah yang ia gigit kemudian mengusap wajah cantik Rossiana yang kini terlihat pucat tak ada sedikit pun darah yang mengalir dari urat-urat syaraf nya.

"M-mah, i-ini mimpi kan? Mama gak ninggalin Jessi kan??"  Bisiknya sendu seraya berlutut di hadapan peti jenazah itu.

"B-bangun mah, J-Jessi sayang mama hiks.." Andara tak tahan melihat kekasihnya, ia berjalan mendekat dan memeluknya.

"D-dara bangunin mama hiks tolong.." 

"Sayang, Jessi harus ikhlas hiks.. mama udah gak ada sayang.."  Bisik Andara terisak. Jessica menggeleng tegas.

"Gak Dara mama masih disini, mama masih hidup! Mah bangun mah !!" Jessica meronta di pelukan Andara, ia masih tak rela dengan kepergian ibundanya.

"Jessi please jangan gini, Jessi.." 

"Lepas! Mama masih hidup Dara! Mama gak mungkin ninggalin Jessi!" 

"Mah bangun mah!! Jessi gak akan maafin mama kalo mama gak bangun sekarang juga!" Lantang Jessica seraya mengguncang jenazah Rossiana. Andara menarik pundak si gadis.

Plakk!

Andera, Danissa dan seluruh tamu di buat terkejut karena Andara dengan berani menampar keras pipi Jessica yang terus saja meronta dan histeris. Jessica terdiam menyentuh pipinya dengan tatapan tak jelas arti pada Andara.

"Jessi sadar! Mama gak akan pernah bangun lagi dan Jessi harus ikhlas!!" Bentak Andara. Jessica masih terdiam menatap takut kearah Andara. 

Tangan kanan Andara terangkat berniat mengusap pipi Jessica namun gadis itu menepisnya dan berjalan mundur perlahan menjauhinya.

"J-jessi maafin Dara.." Gumamnya penuh sesal, Jessica menggeleng kepala, ia melirik peti jenazah Rossiana dan kembali menatap Andara dengan air mata yang masih membasahi pipinya.

"J-Jessi.." Gadis itu berlari memasuki kamar dan menguncinya.

Andara hendak mengejar namun Marion menahan lengannya dan menggelengkan kepala.

B.Y.E...... (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang