B.Y.E-10

1.1K 129 13
                                    

Andera dan Danissa masih di sibukkan dengan acara memasaknya. Ralat, Andera yang sibuk dan Danissa yang hanya menontonnya sesekali memberikan semangat padanya. Kek lagi nonton Smackdown anjeer haha..

"Danis, panggilin Dara suruh makan dulu" Titah Andera di sela aktivitas nya. 

"Aku coba ya.. " Danissa bangkit dan berjalan kearah kamar sang adik. Tangannya terangkat menggenggam kenop pintu dan memutarnya namun terkunci.

Tok.. Tok..

Tok.. Tok..

"Andara, makan dulu yuk, kak Dera nungguin loh.." Panggil Danissa lembut.

"Dara sayang gak boleh gini ah.. Jangan bikin kita khawatir sayang.."  

Tok.. Tok.. Tok..

Namun nihil usahanya benar-benar tak membuahkan hasil. Andara sama sekali tak keluar dari kamar bahkan tak menjawab panggilannya, Danissa menghela nafas pasrah kemudian turun ke arah meja makan untuk melaporkan hasil kerja keras yang menguras kesabarannya.

"Loh Dara mana??" Heran Andera, Danissa menggeleng lemah dan duduk di kursi meja makan.

"Dara gak nyaut sama sekali.."

"Hahh.. Kamu makan duluan gapapa? Aku mau coba ngomong sama Dara" 

"Percuma sayang, kamarnya aja masih di kunci" Andera menaikkan sebelah alisnya kemudian tersenyum.

"Aku pake kunci cadangan aja" Danissa mengerutkan dahi melihat Andera yang bersemangat masuk ke dalam gudang untuk mencari kunci cadangan.

"Makan duluan honey!!" Titah Andera sedikit berteriak seraya berjalan cepat menaiki tangga.

"Hmm okey.. " 

Andera mencoba berulang kali memasukan kunci cadangan pada lubang kunci di pintu Andara. Ia terlihat kesulitan, karena kunci lainnya yang tertanam di lubang itu dari sisi lainnya. Senyum nya mengembang setelah mendengar suara kunci yang  jatuh menimpa lantai, Dera memutar kuncinya dan membuka pintu kamar sang adik perlahan.

Gelap, Andara sama sekali tak menyalakan lampu kamarnya, begitu juga dengan tirai yang tertutup. Andera menutup pintu dan menyalakan lampu kamar itu, tatapannya terpaku pada selimut yang menggulung tubuh Andara yang meringkuk.

Kakinya melangkah perlahan menuju ranjang kemudian duduk di tepi ranjang.

"Dara.. " Panggil Andera lembut seraya menyentuh tubuh Andara yang tertutup selimut.

"Dara kenapa??Apa kakak boleh tau??"

"Gapapa" Jawab Andara lirih, Andera menghela nafas dan naik keatas ranjang, merebahkan tubuh di samping Andara menatap seraya langit-langit kamar.

"Tadi malam kakak mimpiin ayah sama bunda.." Andara yang semula hanya diam kini mulai membuka selimutnya tertarik dengan ucapan sang kakak.

"Mereka keliatan bahagia banget disana, senyuman ayah dan bunda bikin kakak tenang dan ikut tersenyum.." Andera melirik Andara yang kini membalikkan tubuh terlentang menatap langit-langit kamar dengan mata yang bengkak. Ia tersenyum, menggenggam tangan sang adik dan kembali menatap langit-langit.

"Ayah bilang mereka bahagia liat kita tumbuh dengan baik dan bahagia disini.. Bunda juga bilang kalo mereka percaya kakak bisa jagain Dara dengan baik sampai kapanpun.." Andera memiringkan tubuhnya kearah sang adik, Andara masih diposisi sama.

"Tapi kakak malah gak yakin tentang itu.. " Andara menoleh cepat, menatap wajah sendu Andera.

"Kenapa??"

B.Y.E...... (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang