B.Y.E - 56

236 24 1
                                    

Meskipun waktu berjalan teramat cepat, namun setiap kenangan manis tersimpan rapih dan melekat di ingatan.
Menjadikan mereka semakin bersemangat dan percaya bahwa Tuhan mempertemukan mereka satu sama lain bukan tanpa alasan. Singkatnya, dari setiap gadis yang mereka temui, membawa kebahagiaannya masing-masing.

Salah satunya adalah mereka, Aluna Radhea Winarto dan Marion Azura yang tiba-tiba saja membagikan undangan pertunangan mereka pada para sahabat dan para gadis dewasa lainnya. Keduanya nampak telah mematangkan langkah dengan saling mengikat, menjadikan Aluna dan Marion semakin erat dan dekat menuju sebuah ikatan paling suci nantinya.

Keputusan besar yang mereka ambil terbilang cukup tergesa, mengingat keduanya masih berstatus sebagai pelajar. Kedua orang tua Marion dan Aluna pun sempat ragu dan menolak, namun kesungguhan yang terpancar dari diri keduanya membuat mereka ikut yakin dan akhirnya menyetujui hal tersebut.

Rumah megah milik keluarga Marion Azura terlihat lebih ramai dari biasanya, musik jazz terlantun begitu merdu dan mendayu diselingi dengan celoteh-celoteh ringan para tamu yang mereka undang untuk ikut dalam euphoria kebahagian kedua gadis belia tersebut.

Jessica, Andara dan teman-teman lainnya berada disana, berbincang riang bersama si pemeran utama pesta malam ini.

Andera, Danissa, Regina dan lainnya pun turut hadir, tak ingin melewatkan momen kebahagian Marion dan Aluna juga sedikit bernostalgia dengan perayaan seperti itu di masa lampau.

 "Jessi.." 

"Hm?" 

"Kapan Jessi lamar Dara?" Jessica melebarkan kedua matanya, sedangkan teman-temannya menahan tawa dan bersiap menjadi pemandu sorak.

"Kok gak jawab?" 

"A-anu, Dara, Jessi pasti lamar Dara.."

"Iya kapan?" Kesal Andara dengan rengekan, Jessica menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal.

"Nanti.."

"Kapan, Jessica!" Tekan Andara, Jessica melirik teman-temannya mencari pertolongan namun mereka malah mengedarkan pandangan dan enggan membantunya.

"Dahlah!" 

"E-eh.. Dara.."  

Andara menghentakkan sebelah kakinya kemudian berjalan kearah kakak-kakaknya dengan wajah kesal. Jessica masih di tempatnya semula, jikapun menyusul Andara, ia bingung harus memberikan jawaban seperti apa bahkan tentang itu belum ia pikirkan.

"Kok cemberut?" Tanya Rachel seraya merangkul pundak Andara. 

"Jessi nyebelin!" 

"Bertingkah lagi?" Kini Danissa yang bertanya, Andara mendengus dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Apa harus kak Dinda turun tangan?" Suara datar Adinda membuat Andara menoleh dan menggeleng cepat.

Adinda memang manusia yang paling bisa di andalkan oleh para gadis namun jika berkaitan dengan Jessica, Andara tak ingin kekasihnya menangis sehari semalam seperti yang pernah terjadi dulu, karena itu merepotkannya.

"Gak usah kak hehe.. Cuma salah paham aja"

"Dara yakin?"

"Yakin kak, makasih kak Dinda.." Ia mendaratkan kecupan di pipi Adinda membuat gadis berjas formal itu tersenyum lebar.


Acara berjalan lancar, kedua gadis belia telah saling menyematkan cincin tanda pengikat di masing-masing jemari mereka. Suasana haru dan bahagia melekat di seluruh penjuru rumah megah tersebut, juga binar ceria dan gelak tawa yang ikut menjadi pelengkapnya.

B.Y.E...... (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang