Andara membuka pintu perlahan, sedikit mengintip kemudian masuk kedalam kamar dimana Jessica masih tertidur dengan posisi meringkuk membelakanginya.
Gadis itu terdiam di tepi ranjang, keraguan merebak dalam hatinya ia takut jika Jessica masih marah padanya akibat tamparannya tadi siang.
Gadis itu menghembuskan nafas berat dan memberanikan diri naik ke atas ranjang kemudian merebahkan diri dan memeluk Jessica dari belakang. Jessica membuka matanya kemudian menarik lengan Andara dan memeluknya membuat Andara tersenyum manis kemudian mendaratkan kecupan di pundak sang kekasih.
"Maafin Dara.." Bisiknya penuh sesal.
"Lupain, Jessi yang salah kok.." Balas Jessica berbisik dan kembali memejamkan mata.
Hening, kedua gadis itu memilih bungkam dan hanya helaan nafas keduanya yang terdengar jelas di ringi hembusan angin dari pendingin ruangan.
Jessica membalikan tubuh kemudian menarik Andara kedalam pelukannya."Maaf Jessi keras kepala, Jessi cuma gak nyangka mama ninggalin Jessi.." Andara membalas pelukannya dengan erat, mengecup tipis leher kekasihnya.
"Dara paham kok, maaf juga Dara terlalu kasar sampai nampar Jessi.." Sesal Andara mengusap pipi Jessica yang tadi terkena tamparannya. Jessica tersenyum dan menatap gadisnya dengan tatapan teduhnya.
"Justru Dara bikin Jessi sadar, terimakasih telah membuat Jessi sadar dan Jessi sekarang bisa mengikhlaskan kepergian mama.." Andara hanya terdiam menatap lekat kantung mata Jessica yang terlihat sedikit membengkak.
"Dari Dara, Jessi belajar mengikhlaskan dan dari Dara juga Jessi belajar agar bisa tegar hidup sendirian.."
Andara menggeleng, "Gak sayang, Jessi gak sendirian, ada Dara dan yang lainnya disini buat Jessi.."
"Jessi tau kok, makasih Dara dan yang lainnya mau nemenin Jessi, sayang sama Jessi, Jessi beruntung punya kalian.." Ujarnya penuh ketulusan, Andara tersenyum hangat dan kembali memeluknya.
Sementara di ruang tengah, Judy, Aluna, Marion, Regina, Danissa dan Adinda tengah berbincang kecil mengenai apa saja termasuk dimana nantinya Jessica akan tinggal dan bersama siapa, karena tak mungkin mereka meninggalkan gadis itu seorang diri di rumah megah tersebut.
Aluna nampak berkali-kali melirik Marion yang seperti biasa memasang wajah datarnya meski sebenarnya sesekali Marion pun meliriknya. Judy hanya bisa memperhatikan kedua gadis itu dengan penuh rasa heran tentang perubahan sikap keduanya.
"Jadi gimana??" Tanya Regina yang baru saja selesai dengan pemikiran nya, mereka menoleh padanya.
"Lebih baik kita tunggu Jessi dulu, kita tanya dia mau tinggal sama siapa.." Usul Adinda, Danissa mengangguk setuju.
"Kalo emang Jessi mau tetep disini lebih baik Dara atau Kyle yang temenin dia, Kyle juga kan tinggal sendiri di apartement.." Gadis-gadis itu memusatkan perhatian pada Marion yang menambahkan usulan, Danissa kembali mengangguk.
Regina yang menyadari itu kemudian mendaratkan telapak tangannya di kepala belakang Danissa dan mendorongnya.
"Angguk-anggukan mulu! Gue jadi galfok!"
"Terus gue harus apa? Gelindingan disini?" Sungut Danissa, Regina mengedikkan bahunya.
"Apa kek jangan cuma manggut-manggut, kek lagi dugem!"
"Rere, Danis!" Itu Adinda, yang menghentikan perdebatan kedua gadis tersebut dengan tatapan tajam sedangkan gadis lain yang lebih muda menahan tawa mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
B.Y.E...... (GxG) (COMPLETED)
RomanceI can love you for four days Spring, summer, autum, winter! Maybe three days Yesterday, today, tomorrow! How about two days? Day and night! One day is enough! EVERYDAY!. Gue tunggu hujad'an disetiap chapter nya yakk 💙