B.Y.E-9

1K 122 4
                                    

Aluna Radhea Winarto, gadis cantik bermata sipit dengan rambut hitam panjang juga tubuh yang aduhai. Gadis manja yang so bringas itu kini tengah berada di ambang kebimbangan, dengan demam yang belum benar-benar reda ditambah rasa bersalahnya pada gadis bule yang tak sengaja ia celakai di sekolah tadi pagi.

Aluna terlihat berjalan mondar-mandir dengan gugup di lorong lantai 8 sebuah apartemen mewah yang tak jauh dari sekolahnya. Berbekal informasi dari Jessica yang dengan sengaja menyebutkan alamat apartemen Judy, gadis itu dengan ragu mendatanginya hanya untuk sekedar meminta maaf.

"Ketok jangan ya??" Gumamnya bimbang, Aluna kembali berjalan mondar-mandir hingga akhirnya ia merasa pegal dan berdiri tepat di depan pintu kamar bernomor 18.

"Duhhh kok gue gugup ya.." Lagi, Aluna bermonolog dengan dirinya sendiri, berusaha mencari jawaban dengan akal dan logikanya.

Tangan kanannya perlahan terangkat dan mengepal, gadis itu memejamkan mata kemudian mengetuk pintu kayu bercat hitam itu dengan sedikit tergesa.

Tok.. Tok..

Judy yang tengah membaca majalah di ruang tamunya mengernyit heran mendengar ketukan pintu, padahal apartemen nya memiliki bel yang tertempel jelas di samping pintu. Gadis itu bangkit dengan malas dan berjalan kearah pintu, tangan kirinya menarik gagang pintu dan membuka pintunya lebar.

Tok.. Tok.. Puk..

"Awww..." Pekik Judy saat kepalan tangan Aluna mendarat tepat di keningnya. Aluna membuka matanya, kaget seraya kakinya mundur selangkah kebelakang. Judy masih mengusap keningnya dengan wajah meringis.

"S-sorry.. " Gumam Aluna kemudian menundukkan kepalanya. Judy meliriknya dan tersenyum tipis.

"Disini ada bel, ngapain lo ngetok pake otot segala??" Tanya Judy datar, Aluna meliriknya sekilas dan kembali menunduk.

"Hah.. Lo ngapain?? Dan tau alamat apart gue dari mana??"  Aluna bungkam, jemari tangannya bergerak resah di balik punggungnya.

Hampir 10 menit mereka hanya berdiam hingga Judy tanpa basa-basi menarik lengan Aluna membawanya masuk kedalam apartemen.

Aluna mengerjap kaget namun tetap bungkam, ia mengedarkan pandang mengamati apartemen mewah Judy dengan tatapan kagum. Ruangan itu bersih dan rapih berbeda sekali dengan kamarnya yang bisa disebut seperti kapal pecah. Judy membalikkan tubuhnya setelah menutup pintu, sebelah alisnya terangkat kemudian mendorong Aluna untuk duduk di sofa.

"Mau minum apa??" Tawar Judy datar, Aluna mendongak menatapnya heran.

"Di sekolah lembut banget perasaan" Gerutu Aluna dalam hati.

"Aluna Radhea.. Lo mau minum apa??" Aluna tersentak dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"G-gak usah, g-gue cuma bentar kok" Judy memutar mata jengah kemudian berlalu menuju mini bar nya. Aluna mendengus kesal, ia menatap Judy, memperhatikan tangan kanannya yang dipasangi perban coklat elastis.

"Kalo patah harusnya di gendong, kan??"  Tanyanya lagi dalam hati.

"Nih minum, sorry pake tangan kiri.. tangan kanan gue sakit!"  

"I-iya, thanks.." Judy mendudukkan dirinya di kursi sebrang Aluna yang hanya terhalang meja kaca berukuran sedang.

Si bule keraton masih menatap lekat wajah cantik Aluna dengan tatapan yang membuat Aluna sedikit ngeri, risih dan malu hingga membuat duduknya tak nyaman. Judy menyadari itu kemudian menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa.

"Ada apa??" 

"G-gue minta maaf " Ujar Aluna tanpa berani menatap gadis di hadapannya.

"Minta maaf sama siapa??"

B.Y.E...... (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang