B.Y.E - 57

301 27 2
                                    

"Kalo ada apa-apa kabarin kita ya.." 

"Aku disini aja ya nemenin Vanka" Pinta Rachel pada istrinya, Adinda. Andera pun menatap Danissa.

"Aku juga ya, Daniss.."

"Gak De, kasian Neera, kasian Daniss juga kalo jagain Neera sendirian." Sergah Rachel di angguki Adinda dan Yovanka.

"Tapi-"

"Jessi sama Dara udah di perjalanan kok, besok lo bisa kesini lagi.."

"Hah.. Ya udah, tapi secepetnya kabarin perkembangan Rere!"

"Pasti.." 

Sepeninggalan Adinda, Danissa dan Andera, Rachel membawa Yovanka terduduk di sebuah bangku di depan ruangan tempat Regina di berikan penanganan. Lengan kanan Rachel masih setia mengalung di pundak sahabatnya dan mengusapnya lembut sementara Yovanka sebisa mungkin menahan tangisannya yang ingin kembali meledak saat melihat sebuah cincin berlian di tangannya.

Waktu yang telah menunjukkan tengah malam juga suasana sepi dari rumah sakit tersebut menambah kesan kesakitan yang mendalam. Berulang kali kedua gadis itu menatap penuh harap pada pintu ruangan yang masih tertutup, berharap sang dokter keluar dari ruangan tanpa membawa kabar yang tak mereka harapkan.

"Kak.." 

Keduanya menoleh pada Jessica, Andara, Felicya dan Judy yang berjalan kearah mereka dengan wajah sama cemasnya. Jessica berlari kemudian terduduk di hadapan Vanka, tangannya menggenggam tangan si gadis dengan lembut membuat pertahanan Vanka runtuh.

"J-Jessi hiks.. Rere.."

"Kak Rere pasti baik-baik aja kak.." Balas Jessica kemudian memeluk tubuh Vanka, ia pun menangis namun tak membiarkan isakannya terdengar.

"Belum ada kabar, kak?" Tanya Andara pada Rachel, gadis itu menoleh.

"Belum sayang, kita doain kak Rere ya.." Pintanya menatap Andara, Judy dan Felicya, ketiga gadis itu mengangguk cepat.

Tak berselang lama, pintu terbuka seorang perawat keluar dari ruangan di susul sang dokter dengan ekspresi wajah yang tak bisa di artikan. Keenam gadis itu bangkit dan tergesa menghampiri si dokter.

"Gimana kondisi kak Rere, dok?" Tanya Jessica mewakili yang lainnya.

"Cukup mengkhawatirkan, apa saya bisa berbicara dengan salah satu dari kalian?" Yovanka mengangguk dan hendak membuka mulut namun Rachel menyela dan menyentuh pundak si gadis.

"Biar saya aja dok.."

"Kamu siapanya?" 

"Saya sepupunya" Yakin Rachel, si dokter mengangguk dan meminta Rachel mengikutinya.

"Baiklah ikut saya.." 

Jessica kembali menarik Vanka untuk duduk seraya menunggu perawat lain memindahkan Regina ke ruang inap khusus. Gadis itu tak membiarkan Yovanka resah, ia terus saja berusaha mengajak Yovanka berbicara meski hanya mendapatkan anggukan dan gelengan sebagai jawabannya.

"Jadi, apa tindakan yang harus di lakukan untuk menolong sepupu saya dok?" Tekan Rachel dengan nada bicara yang sedikit bergetar setelah mendengar penjelasan sang dokter.

"Secepatnya, pasien harus mendapatkan donor sel induk yang matang dan dalam kondisi baik." 

"Dok, apa efek samping bagi pendonor nantinya?" Tanya Rachel serius, si dokter menaikkan sebelah alisnya.

"Maaf, saya hanya ingin tahu.."

"Efek samping bagi si pendonor itu beragam tapi tak begitu menyeramkan, pendonor hanya akan merasa tubuhnya gampang lelah atau bahkan kehilangan keseimbangan tapi itu hanya berlangsung selama 3 bulan sejak ia mendonorkan sel induknya.." Rachel mengangguk paham dan kembali menatap lekat wajah sang dokter.

B.Y.E...... (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang