Jessica berjalan santai seraya memeluk lengan seorang gadis dewasa yang berjalan di sebelahnya, gadis itu sesekali melirik wajah si gadis dewasa yang nampak tenang dan kembali memfokuskan langkah mereka menuju sebuah ruangan yang telah di janjikan untuk menjalani pengobatan.
"Lo tunggu disini.." Jessica menggelengkan kepala,
"Jessi ikut ke dalem!"
"Yakin?"
"Iya kak, Jessi mau nemenin kak Rere" Regina terdiam menatap lekat wajah Jessica yang terlihat penuh keyakinan, gadis itu mengangguk kemudian menarik Jessica masuk tanpa penolakan.
"Siang dok.."
"Selamat siang Regina. Jessi?" Bingung sang dokter melihat Jessica yang berdiri di sebelah Regina
"Jessi mau nemenin kak Rere, boleh kan, dok?" Sang dokter tersenyum dan mengangguk pelan.
"Sudah siap?"
"Siap dok.."
Si dokter meminta Regina untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian khusus, sementara Jessica masuk ke sebuah ruangan bersekat kaca yang berisikan beberapa komputer yang akan mengendalikan sebuah alat besar yang berada di hadapannya.
Dokter kembali masuk ke dalam ruangan tersebut, mempersilahkan Jessica duduk di sebelahnya bersama seorang perawat pria lainnya. Sementara Regina disana bersama seorang perawat wanita, Regina merebahkan tubuhnya di atas ranjang, melirik sesaat pada Jessica dan tersenyum sebelum masuk ke dalam mesin yang di ketahui adalah mesin X-ray atau Radioterapi.
Jessica berulang kali meringis mendengar rintihan Regina dari dalam sana, ia tak tahu jika proses demi proses yang di lalui Regina akan semenyakitkan itu. Hingga 2 jam berlalu, dokter mengizinkannya masuk dan menemui Regina yang masih terbaring lemas dengan wajah pucatnya.
Tangannya terangkat menggenggam tangan Regina, tersenyum tipis kala Regina tersenyum padanya.
"Sa-kit.." Bisik Regina, Jessica mengangguk kedua matanya mengembun.
"Kakak kuat, Jessi tau kak Rere bisa bertahan.." Regina menggeleng lemas membuat Jessica membungkukkan tubuh dan mengusap kepala sang gadis.
"Jangan tinggalin Jessi, Jessi butuh kakak.."
Tak ada jawaban, Regina terlampau lemas kemudian memejamkan matanya saat Jessica mendekapnya lembut. Menyalurkan kekuatan pada sang kakak juga menahan air mata yang ingin luruh. Jessica tak ingin menunjukkan rasa sedihnya, ia tak ingin Regina malah tertekan nantinya.
Beberapa waktu berlalu, Jessica dan seorang perawat mendorong kursi roda yang membawa Regina menuju area parkir, efek kemoterapi dan radioterapi tersebut memang membuat tubuh si gadis terasa sangat lemas bahkan tak sanggup untuk berjalan. Jessica menahan tubuh Regina dan mendorongnya pelan hingga gadis itu terduduk di samping kemudi, ia berlari masuk ke balik kemudi setelah berterimakasih pada si perawat.
"Kak, Jessi mau tidur sama kakak ya, boleh?" Tanya Jessica seraya melirik Regina yang terduduk tenang di sebelahnya.
"Tumben, ada apa?"
"Gapapa, Jessi kangen aja di peluk kak Rere.."
"Apa pelukan Dara udah gak sehangat dulu?" Iseng Regina, Jessica menggelengkan kepala cepat menyangkalnya.
"Gak gitu ih!"
"Haha.. iya iya, sana fokus nyetir!"
"Jadi? Mau ya?"
"Izin Vanka dulu sana.." Timpal Regina seraya memejamkan kedua matanya kembali, Jessica tersenyum lebar dan mulai memfokuskan diri pada jalanan di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
B.Y.E...... (GxG) (COMPLETED)
RomanceI can love you for four days Spring, summer, autum, winter! Maybe three days Yesterday, today, tomorrow! How about two days? Day and night! One day is enough! EVERYDAY!. Gue tunggu hujad'an disetiap chapter nya yakk 💙