B.Y.E - 33

800 107 5
                                    

Dentingan garpu dan sendok beradu nyaring dengan piring, lirikan penuh tanya sedari tadi mengitari. Pelakunya tak lain adalah Andera Rafasha, ia berulangkali melirik sang adik yang menyantap makan malamnya dengan kepala yang tertunduk rendah, dan sang istri yang nampak tenang dengan wajah dinginnya.

Sebuah tanya terbesit berulang di benak gadis dewasa itu, "Ada masalah apa antara Danissa dan Andara?"

Hingga Danissa menyelesaikan makan malamnya dan beranjak begitu saja tanpa pamit atau berbasa-basi dari meja makan menuju kamar. Andera mengalihkan pandangan pada Andara yang masih menunduk takut. 

"Ada apa??" Tanya nya lembut, Andara sedikit tersentak kemudian mengangkat pelan kepalanya.

"A-apa nya kak??" 

"Dara sama kak Puteri kenapa??" Ulangnya dengan jelas, Andara malah kembali menunduk.

"Gapapa kak.. " Jawabnya lirih, Andera menghela nafas.

"Biasanya kalian ribut banget kalo makan, bahkan kakak sampe pusing nanggepinnya. Tapi kenapa sekarang diem-dieman?" 

Hening, 
Andara memilih bungkam, nampaknya gadis itu ragu untuk memberitahu sang kakak tentang apa yang terjadi sebenarnya di sekolah tadi. Andera yang tak ingin membuat sang adik tertekan hanya bisa diam dan kembali menyantap makanannya hingga habis.

"Dara ke kamar aja, biar kakak yang beresin ini.." 

Andara mengangguk patuh, "Iya kak.. " 

Gadis itu berjalan lesu dengan kepala yang masih menunduk, Andera hanya menatapnya bingung, menggeleng kepala pelan kemudian bergegas membereskan bekas makan malam mereka.

Brughh..

Andara menjatuhkan tubuhnya keatas ranjang, menatap langit-langit kamar yang berhiaskan ornamen bintang-bintang kemudian memejamkan mata sejenak.

"Apa Dara harus jujur sama kak Dera?" Gumamnya seraya membuka matanya kembali.

"Atau nunggu kak Puteri aja yang bilang sama kakak?"  Pikirannya berkecamuk, Andara hanya takut jika Andera kecewa padanya terlebih pada kelakuan dan sifat kasarnya.

Tapi bukankah Andera seorang gadis bijaksana dan pemaaf? Andera pasti bisa memaklumi dan memaafkannya, fikir Dara.

"Mending Dara yang ngasih tau kak Dera. Iya.. Dara mending jelasin sama kakak." 

Andara bangkit dan berjalan keluar kamar menuju kamar Andera dan Danissa, terdiam di depan kamar sang kakak. Tangannya terangkat hendak mengetuk pintu namun terhenti saat mendengar percakapan antara kedua kakaknya, gadis itu hendak berbalik kembali ke kamarnya namun terhenti kala mendengar namanya disebut.

"Aku cuma kecewa aja, adik polosku ternyata bisa sebrutal itu.." Andara memejamkan mata mendengar nada kekecewaan dari ucapan sang kakak ipar.

"Aku minta maaf atas nama Dara, aku juga gak tau kenapa Dara bisa berprilaku seperti itu.." Ujar Andera lirih.

"Andara, Jessica, Judy, Aluna dan Marion. Aku tau mereka deket, mereka bersahabat baik. Tapi harusnya mereka saling mendukung dalam hal baik, bukan dalam hal buruk" Andara terdiam, menantikan jawaban sang kakak.

"Tapi, bukannya dulu kamu, Vanka dan Rachel juga sama??" 

"Kalian bahkan sekongkol buat bikin aku menderita, kan?" Baik Danissa maupum Andara tercengang oleh nada bicara tegas Andera saat ini.

"I-itu.. " 

"Kenapa? Aku bener kan Daniss, kamu sama temen-temen kamu dulu bahkan lebih brutal dari Dara. Kenapa kamu bisa bersikap seperti ini sedangkan dulu, aku dengan mudah maafin kalian!" 

B.Y.E...... (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang