B.Y.E - 48

182 14 1
                                    

Keesokan harinya, Andara mengerjapkan kedua mata dan membukanya. Gadis itu menoleh ke arah ranjang kekasihnya dan mengernyit melihat Jessica yang ternyata telah terbangun dan tengah melamun.

"Jessi.." Gadis itu tersentak dari lamunan dan menoleh pada Andara.

"Selamat pagi peri cantik.." Sapanya dengan senyuman manis namun tak mampu menutupi kantung mata yang menghitam di wajahnya.

"Jessi gak tidur, ya?"

"Jawab dulu, Dara~" Andara terkekeuh.

"Selama pagi sayang. Sekarang giliran Jessi yang jawab."

"Ehehe.. Jessi gak bisa tidur"

"Kenapa?" Ekspresi wajahnya sendu di iringi helaan nafas panjang, Andara mengangkat tubuhnya dan terduduk di tepi ranjang dengan kedua kaki terjulur ke bawah dan menatap penuh pada Jessica.

"Mikirin kak Rere?" Terkaan Andara di jawab anggukan pelan oleh kekasihnya.

"Maaf kalo Jessi berlebihan, tapi ngeliat kondisi kak Rere kemarin itu bikin Jessi takut.."

"Jessi gak berlebihan kok, Dara ngerti dan paham banget dengan perasaan Jessi."

"Kita do'ain kak Rere ya, semoga hasil test darahnya gak nunjukin sesuatu yang buruk" Jessica menatap lekat wajah Andara yang tersenyum manis padanya, ia mengangguk.

"Iya, Dara.."

"1 lagi, Jessi gak boleh terlalu banyak pikiran supaya Jessi cepet pulih. Jessi mau cepet sembuh, kan?" Jessica mengangguk tegas seraya menegakkan tubuhnya.

"Jessi udah 70% sembuh kok.."

"Semangat nambah 30% lagi, ya.." Ujar Andara dengan senyuman teramat cantik membuat Jessica terpaku sesaat kemudian mengangguk dan membalas senyumannya.

"Dara juga, Dara harus semangat terapi nya, ya?"

"Pasti sayang.."

"Love you, Andara.."

"I love you more, Jessi."

"Jessi tidur ya, biar Dara temenin" Tanpa penolakan, gadis itu mengangguk patuh kemudian merebahkan tubuh dan memejamkan mata, Andara masih menatapnya lekat dengan senyuman.






Di ruangan lainnya, si gadis bar-bar kesayangan Jessica terlihat meringis dan mencengkram kepalanya. Kedua matanya terpejam erat, suhu tubuhnya meninggi meski ia telah dalam perawatan medis sedari kemarin namun nampaknya tak berpengaruh pada rasa sakitnya.

"Shhh.."

Rachel dan Adinda yang tengah menonton televisi seraya menyantap sarapan mereka pun dengan cepat menoleh mendengar ringisan sang gadis, keduanya bangkit dan menghampiri ranjang.

"Re?" Panggil Rachel pelan seraya menahan tangan Regina yang terlihat menarik rambutnya.

Gadis itu perlahan membuka mata, membiasakan pandangannya terhadap cahaya dan menatap Adinda dan Rachel yang menatapnya cemas.

"Sakit banget?" Tanya Adinda lirih, Regina tersenyum tipis dan menggeleng.

"Gak terlalu kak.."

"Lo kenapa sih? kenapa gak pernah cerita apapun sama kita? kenapa selalu nyembunyiin rasa sakit lo?" Kini tatapannya beralih pada Rachel yang menunjukan wajah cemas sekaligus kesal.

"Gue juga gak tau badan gue kenapa, gue ngerasa sehat aja kemaren"

"Tapi semalem lo pingsan lama banget" Regina membelalak kemudian menoleh ke arah jam dinding.

B.Y.E...... (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang