SETELAH empat hari mengikuti MPLS. Nana sebagai kelas 1 sudah boleh memakai seragam putih-abu. Nana sudah resmi menjadi siswa di SMA Negeri Bandung ini.
Nana semangat turun dari tangga dengan menenteng sepatu talinya. Nana menyimpan sepatu dan tasnya di kursi, lalu berjalan menuju Mamanya yang sedang mempersiapkan sarapan pagi dimeja makan.
"Anak Mama semringah sekali." goda Lisa, sembari mengusap dagu Nana.
Nana tak hentinya untuk terus menerbitkan senyumannya. "Nana seneng banget, Mama. Hari ini hari pertama Nana jadi siswa kelas 1."
"Alhamdulillah ... Duduk sayang," titah Lisa. Nana mengangguk cepat dan duduk di kursi dekat Lisa.
"Papa sama Kakak mana, Ma?"
Lisa terkekeh, tangannya mengambil satu roti, dan mengoleskan selai kacang diatasnya. "Masih didalam kamar, sayang."
"Berarti Nana kepagian yah turunnya?" Lisa menggelengkan kepalanya. Ia mengkode Nana dengan kepala. Nana berbalik, ia semakin menerbitkan senyumannya ketika Papa dan Kakaknya turun bersamaan.
"Sebentar deh, kayak ada yang beda ya?" canda Eshan, sembari menopang dagunya. Matanya menelisik pada Nana.
Jika papa nampak terkekeh dengan semangat Nana, maka berbeda dengan Hasan. Hasan biasa saja. Ia duduk di kursi yang bersebrangan dengan Nana, dan menyampirkan jaketnya di kepala kursi.
Nana menampilkan deretan gigi putihnya. Matanya menyipit, ia menunduk melihat kembali baju dan rok putih-abunya.
"Papa, Nana udah kelas satu SMA loh," sahut Lisa. Eshan membulatkan mulutnya, ia manggut-manggut.
"Belajar yang benar ya, Nak." pesannya, sembari mengecup kening Nana. Eshan beralih menatap Hasan. "Hasan jaga Nana di sekolah ya. Jangan sampai ada lecet, atau Mama kamu bakal marah sama Papa." lanjutnya, sembari mendelikan matanya pada Lisa.
Lisa hanya memelototi Eshan, tangannya kembali mengoleskan selai diroti Hasan.
"Kakak nanti berangkatnya sama Nana yah?"
Hasan mendongak menatap Nana.
"Gak."
Kunyahan makanan dimulut Lisa dan Eshan terhenti, keduanya saling menatap. Hanya beberapa detik, setelahnya mereka beralih menatap kedua anaknya.
Raut wajah Nana berubah menjadi sendu, Lisa melihat itu.
"Kenapa gak mau sama Nana?" tanya Nana.
Hasan hanya diam, ia memakan sarapannya dengan tenang, tanpa mau memikirkan permintaan atau pertanyaan Hasna.
"Hasan, adiknya nanya. Jawab dong," titah Lsa yang melihat Hasan hanya diam.
"Aku pake motor, dia ribet kalo naik motor. Aku gak suka, Ma." belanya. Matanya sesekali mendelik tak suka pada Hasna.
"Engga kok. Nana gak ribet Kakak."
"Itu menurut lo!"
"Hasan." Eshan memberikan tatapan tajam pada Hasan agar Hasan berhenti bicara kasar dengan embel-embel lo-gue terhadap Nana.
Hasan langsung diam ketika melihat tatapan Papanya yang seperti alarm berbahaya untuknya.
"Kamu naik mobil. Hasna ikut sama kamu." putus Eshan tak mau dibantah.
"Tapi, Pa—"
"Papa gak mau tahu. Nurut sama Papa dan Mama. Jaga Hasna ketika disekolah." Hasan pasrah. Ia menganggukkan kepalanya.
Kedua kakak beradik itu sudah masuk kedalam mobilnya. Sedari tadi Hasna terus melirik pada Kakaknya. Kakaknya sangat datar, dan terlihat masih kesal pada Nana. Terlihat dari alis serta rahangnya yang masih mengeras tanda masih marah dan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Angel (SELESAI)
Novela Juvenil[𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐃𝐔𝐋𝐔 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐁𝐀𝐂𝐀] WARNING : Siapkan tisu sebelum mulai baca. Terdapat banyak bawang di dalam. **** Ini bukan tentang kisah dua orang remaja yang saling mencintai, atau sedang jatuh cinta. Tapi ini kisah tentang dua oran...