BAB 4 : Peringatan Bukan Ancaman

2.9K 210 1
                                    

DARI pertemuan minggu lalu dengan Sabil dan juga adik-adiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DARI pertemuan minggu lalu dengan Sabil dan juga adik-adiknya. Nana banyak belajar tentang banyak hal. Nana menyesal karena sudah bersikap keterlaluan pada Riri. Padahal jika ditelisik lagi oleh Nana. Alasan mereka bersikap penuh sayang pada Kakaknya, karena Kakak memang sangat baik pada mereka. Sabil dan adiknya hidup sebatang kara. Tanpa ada kedua orang tua. Mereka mencukupi kehidupannya dengan berkeliling mencari barang bekas untuk mereka jual agar bisa ditukar dengan sekantung kecil beras dan sedikit lauk.

Kakak begitu tertutup, mungkin masih banyak kebaikan lainnya, yang dilakukan oleh kakak. Dan itu semua tidak pernah Nana ketahui. Melihat perlakuan Kakak pada Sabil dan adiknya, Nana semakin dibuat kagum pada Kakak. Dulu, Kakak selalu memarahi Nana jika Nana membuang-buang makanan, atau tidak menghabiskannya. Sekarang, Nana tahu jawabannya. Kenapa Nana gak boleh buang-buang makanan, karena diluar sana ada banyak orang yang ingin makan tapi tidak bisa. Giliran Nana yang beruntung  bisa makan enak, tapi malah disia-siakan. Bahkan sampai dibuang. Kakak mengajarkan Nana tentang arti bersyukur atas apa yang Nana punya sekarang. Dengan melihat keadaan orang lain yang ada dibawah Nana. Seperti Sabil dan adik-adiknya.

Nana memegang kedua pegangan tas punggungnya. Ia berjalan mengikuti langkah sang kakak yang berjalan duluan keluar rumah, setelah tadi berpamitan dengan Papa dan Mamanya.

"Nana nanti masuk kelasnya sama kakak, ya?" ucap Nana. Dia mensejajarkan tubuhnya dengan Hasan.

"Gak usah manja. Lo bisa masuk sendiri, kan?" ketusnya. Menoleh sedikit pada Nana.

Nana menunduk, sembari mencibikan bibirnya.

"Nanti kalo ada yang bully Nana lagi gimana?"

"Lawan."

"Kakak gak mau bela Nana?"

"Ngapain?" sewotnya ngegas.

Nana menghembuskan napasnya kasar. "Kata Papa. Yang jagain Nana setelah Papa itu, Kakak."

"Lo bisa jaga diri kan?"

"Gak bisa." balas Nana menggeleng pelan.

"Manja."

"Nana gak manja kok. Nanti kalo Nana dibully sama Kak Rindu, terus sampai ketelinga Mama gimana?"

"Bodo amat. Yang kena si Rindu. Bukan lo."

Nana manggut-manggut, "iya juga ya."

"Tapi kalo gak sampai ke telinga Mama gimana?"

"Lo bilang sama Mama." Nana menggeleng lagi.

"Nanti kalo Nana dibilang anak manja gimana?"

Hasan memejamkan matanya lama, ia menatap kesal Nana yang banyak bicara. "Lo emang manja. Ngapain harus nanya lagi." gemasnya, kesal.

"Nana gak manja kok."

Hasan berbalik menghadap Nana. "Bisa berhenti ngomong gak?" Nana mikir dulu. Kemudian ia menggeleng. "Bisa gila kalo gue terus dengerin lo." Hasan melanjutkan jalannya lagi, dan memasuki mobil.

My Little Angel (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang