[𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐃𝐔𝐋𝐔 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐁𝐀𝐂𝐀]
WARNING : Siapkan tisu sebelum mulai baca. Terdapat banyak bawang di dalam.
****
Ini bukan tentang kisah dua orang remaja yang saling mencintai, atau sedang jatuh cinta. Tapi ini kisah tentang dua oran...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Vote dulu sebelum baca Yang belum follow mari follow akun aku
Selamat Membaca🔥
Bersikap kayak gini, gak bikin lo keliatan hebat. Semua orang takut, bukan segan. Lo seperti orang jahat yang bisa menakuti semua orang.
My Little Angel
****
HASAN mencengkram tangan Nana kasar, ia menyeretnya untuk masuk ke dalam rumah. Sedari tadi Nana terus memberontak, dia sampai berani mengumpat dan berbicara kasar pada Hasan.
"Lepasin!!" Nana terus berusaha untuk melepaskan cengkraman itu. Tapi, Hasan malah semakin menguatkan cengkramannya.
"Ngomong! Tadi aja ngomong kasar. Ngomong kaya tadi lagi di hadapan Mama!" titahnya, sembari mendorong bahu Nana pelan.
Lisa dan Eshan yang tadinya sedang menonton telivisi pun, jadi bingung melihat keduanya.
"Ini kenapa?" keduanya bangkit dari duduknya. Salah satunya menghampiri Nana yang menunduk dalam, berkeringat dingin.
"Jelasin, Hasna!"
"Gak mau. Nana gak salah!" elaknya, masih menunduk takut.
"Hasan, kamu apain Nana? Dia sampai ketakutan?" kata Eshan panik.
"Dia pengen jadi anak nakal, Pa."
Nana langsung mengangkat kepalanya, dan menatap Papa, "bohong. Kak, lo gak usah sudutin gue."
Mata Lisa dan Eshan terbelalak sempurna, saat mendengar jawaban kasar dari Nana untuk Hasan. Biasanya, Nana tidak pernah melawan pada Hasan, ia akan mengalah jika Hasan memarahinya. Tapi ini?
"Nana, sayang, kenapa kamu bilang lo-gue sama Kakak?" tanya Lisa, sembari memegang kedua bahu Nana.
"Hak Nana. Masalah buat Mama." Nana langsung menghempaskan tangan Mamanya kasar.
"HASNA!!" Nana menulikan telinga, ia berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
Lisa masih syok, ia tidak menduga jika anaknya akan menjawab pertanyaanya dengan kasar. Lisa terus memegang dadanya, berpikir keras, tentang apa yang terjadi pada Nana sekarang.
"Mama, Mama gak usah dengerin ucapan si Hasna."
Lisa menggeleng cepat, ia memegang kedua tangan Hasan erat, "San, jelasin sama Mama. Kenapa adik kamu seperti itu."
