[𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐃𝐔𝐋𝐔 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐁𝐀𝐂𝐀]
WARNING : Siapkan tisu sebelum mulai baca. Terdapat banyak bawang di dalam.
****
Ini bukan tentang kisah dua orang remaja yang saling mencintai, atau sedang jatuh cinta. Tapi ini kisah tentang dua oran...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dari Hasan untuk Nana
Resapi aja dulu, soalnya ngena🤧
Setor vote dulu yuk wkwk
****
DIA hanya seorang anak kecil, ketika dulu ia tak sengaja memberikan udang di makanan adiknya. Apakah seorang anak kecil berhak di hukum sampai hukuman itu tidak bisa ia lupakan ketika ia sudah menjadi dewasa seperti saat ini? Apakah ancaman dan rasa takut itu lebih menakutkan baginya, di bandingkan dengan seorang adik yang begitu mengharapkan kasih sayang dari Kakaknya?
"Sudah dua kali kamu menjadi penyebab Hasna ke Rumah Sakit dan di rawat. Sudah berapa kali saya bilang, jangan main lagi sama Hasna!" bentaknya lantang.
"Hasan sayang adik, Om. Hasan gak mau jauh dari adik."
"Sayang kamu bilang?" pria itu tertawa mengejek. "Kamu itu cuma akar, akar dari masalah Mama Papa dan adik kamu."
"Hasan gak salah, Om,"
"Kamu salah, jauhi Hasna. Jangan berpura-pura Hasan. Saya tahu, kamu iri sama Hasna bukan?"
Hasan kecil mengangkat kepalanya, menatap pria di hadapannya dengan tatapan tak mengerti.
"Ya, kamu iri. Itu sebabnya kamu suka celakai dia, kan,"
"Hasan sayang sama adik! Hasan gak mau adik celaka! Hasan gak celakain adik, Om!"
"Kalau kamu gak mau Hasna celaka lagi. Jauhi dia. Kamu memang pembawa sial di keluarga ini."
Hasan memegang kuat dadanya yang terasa nyeri di bagian hati. Hasan juga manusia biasa yang mempunyai segumpal daging bernama hati. Ia mampu merasakan sakit, dan sesak di dada. Hasan bisa saja berteriak, protes akan takdir yang tak pernah berpihak padanya. Tapi, siapakah Hasan? Sampai berani menentang takdir dari Tuhan.
Rasa sayangnya pada Sabil dan adiknya, bukan tanpa alasan. Hasan ingin menebus rasa bersalahnya pada Nana. Ia sudah melewati banyak sekali momen dengan adiknya. Hanya dengan Riri dan Sahal ia bisa melihat dan merasakan bagaimana rasanya menghabiskan waktu dengan seorang yang bernama adik. Hanya dengan Sabil Hasan bisa merasa, jika ia sedang bermain dengan adiknya Nana.
