[𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐃𝐔𝐋𝐔 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐁𝐀𝐂𝐀]
WARNING : Siapkan tisu sebelum mulai baca. Terdapat banyak bawang di dalam.
****
Ini bukan tentang kisah dua orang remaja yang saling mencintai, atau sedang jatuh cinta. Tapi ini kisah tentang dua oran...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat Membaca
Mari kita mengenang, bukan karena berduka, tapi untuk menyalurkan rasa rindu yang kian membara. Pada bagian ini, mari kita mengenang dan ikhlas untuk sama-sama merelakan yang telah hilang.
• My Little Angel •
****
ADA rindu yang tertapak di setiap jejak kisah yang pernah di ukir bersama. Sampai kapan lara itu usai, sampai kapan andai itu tetap ada di saat seseorang yang di semogakan sudah tidak lagi ada.
"Nana gak mau jalan!"
"Cepetan! Lo gak usah manja. Gue ada ulangan sekarang."
"Kakak tinggal ulurin tangan kakak aja. Tuntun Nana aja kenapa susah kayaknya?"
"Lo udah gede, ngapain di tuntun sama gue."
"Tunjukin sama dunia kalo kakak itu kakaknya Nana."
"Ngapain, malu-maluin."
"Nana gak malu-maluin, kok."
"Iya gue benci sama lo dan gue gak mau punya adik malu-maluin kayak lo."
Gadis tegar itu meruntuh, keteguhannya mulai roboh, harapannya mulai terguncang. Ia menatap kepergian kakaknya dengan pandangan sendu serta air mata yang sudah menggenang di pelupuknya.
"Hey Cup, mana uang lo?" sentak Mayang pada Nana.
"Gak ada."
"Gue bilang sini!"
"Apasih kamu, Monyet!"
"Apa lo bilang, ha?!!" bentak Mayang melotot.
"Berani lo sama gue." ia mendorong bahu Nana terus menerus tanpa henti. Nana merasakan sesak di bagian dadanya, sama sekali tidak ada yang memperdulikan dirinya.
"Berani. Apa kamu gak takut sama kakak aku?"
Mayang tersenyum sinis, seolah meremehkan.
"Gimana kakak lo mau belain lo, dia aja gak mau akuin lo sebagai adik."
"Kakak Nana baik kok."
"Ya tetep dia gak sayang sama lo."
Nana terdiam, detik selanjutnya dia berlari meninggalkan Mayang. Apakah sesulit itu untuk menunjukan pada dunia bahwa Nana adalah adiknya kakak?
Tahun ini Hasan lulus dan akan masuk SMA, Nana akan di tinggalkan sendiri, Nana sendiri lagi, Nana semakin jauh dari kakak. Nana ingin kakak, Nana ingin bersama kakak, Nana ingin di perlakukan seperti adik pada umumnya. Kak, dimana kakak.
Empat tahun itu berlalu begitu saja. Ia tersenyum kecut, menatap kedua pusara itu dengan tatapan sendu.
"Na, gue rindu senyuman lo. Gue rindu manjanya lo, gue rindu setiap ucapan yang keluar dari mulut lo."