BAB 10 : Sebuah Ungkapan.

2K 176 14
                                    

"KOK redup lagi, sih, gosipnya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"KOK redup lagi, sih, gosipnya?"

"Kata gue juga apa? Jangan main-main sama si Hasan. Gak ada yang berani."

"Gue gak akan puas kalo gini, Naa." lirihnya lemas.

"Udah, lah, gak usah nyari masalah. Lo bakal nyesel nanti."

"Bisa gak, lo diem aja. Kalo gak mau dukung gue!"

"Terserah, gue gak mau ikut campur lagi." ucapnya, sembari pergi berlalu.

Ketua Yayasan sekolah ini datang. Akibat aduan dari Rindu yang menuduh Hasan melakukan penyerangan terhadap dirinya berupa teror yang berisi boneka hantu itu. Karena ulah Rindu, Eshan dipaksa datang kesekolah untuk memenuhi panggilan Pak Rendra. Hasan pun dipanggil, termasuk Nana yang tidak tahu apapun.

"Ayah, aku gak bohong. Dia yang ngancam aku!" tunjuk Rindu pada Hasan yang hanya diam sejak dirinya dipanggil keruangan khusus Yayasan.

"Apa benar, Hasan?" tanya Eshan memastikan.

"Pa, buat apa aku lakuin itu?"

"Bohong. Dia juga lepas ban mobil aku, Ayah, Om," timpalnya lagi, menyudutkan Hasan.

Hasan menatap Rindu dengan tatapan tak suka. Anak manja, tukang ngadu. Padahal Hasan tidak tahu apa-apa soal teror boneka kepala buntung itu.

"Gara-gara si Cup—"

"Pa, dia cuma mau cari perhatian dari Om Rendra sama Papa. Kayak waktu minggu lalu, dia cuma mau cari perhatian sama Hasan," Rindu melongo tak percaya dengan jawaban ambigu dari Hasan.

"Fitnah yah lo, kembaran tembok!!" bentaknya, langsung berdiri ingin menghampiri Hasan.

Papa Eshan dan Om Rendra hanya menahan senyum. Hasan menyeringai, melihat Rindu yang tak bisa berkutik lagi.

"Nana boleh keluar gak?" cicitnya, sembari mengangkat kepala.

Eshan tersenyum hangat, dan mengangguk. Ia mengusap kepala Nana pelan, lalu mempersilahkan Nana untuk keluar. Nana tidak mengerti dengan yang dibicarakan mereka. Nana hanya tahu, jika Nana dipanggil keruangan ini bersama Kak Hasan. Nana hampir jantungan saat melihat ada Papanya diruangan itu. Nana takut, Papanya akan membongkar rahasia Nana sebagai adiknya Kakak Hasan. Tapi, Nana salah, Papanya sepertinya sudah tahu tentang masalah dirinya bersama Kakak Hasan.

"Om, kenapa Om nyuruh si mata empat itu keluar?!" hardik Rindu dengan intonasi tinggi.

"Lo boleh teriak sama, gue. Tapi, jangan teriak sama bokap gue. Dia bokap gue kalo lo lupa." seru Hasan dingin.

"Gak pa-pa, San. Rindu lagi marah," kata Om Rendra. Hasan hanya memutar bola matanya. Ini, yang akan membuat Rindu semakin semena-mena. Setiap kesalahan selalu dimaklumi tanpa mahu menasehati.

"Rindu, udah ya. Jangan diperpanjang lagi. Mungkin itu cuma orang iseng. Hasan gak mungkin lakuin itu."

"Tapi—"

My Little Angel (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang