[𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐃𝐔𝐋𝐔 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐁𝐀𝐂𝐀]
WARNING : Siapkan tisu sebelum mulai baca. Terdapat banyak bawang di dalam.
****
Ini bukan tentang kisah dua orang remaja yang saling mencintai, atau sedang jatuh cinta. Tapi ini kisah tentang dua oran...
GAES KELAR BACA MY LITTLE ANGEL DONT LUPA BACA HUSEIN! BACA POKOKNYA, MASIH BANYAK KAITANNYA SAMA CERITA INI. KALO MAU BACA KELANJUTANNYA MLA BACA HUSEIN YAP
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seneng gaaaaak?
Disini aku bakalan ngasih scane yang enggak sempet aku tulis sebelum cerita ini di anggap usai.
Jangan lupa komen sama vote yaa.
Sehabis Extra Chapter 3 ini gak akan ada lagi chapter lain.
Selamat Membaca🤝🏻
**** LIMA tahun setelah kepergian kedua pelita di dalam hidupnya. Sekarang dia mulai terbiasa, lukanya sedikit lagi sembuh tetapi dalam masalah melupakan luka, ia tidak bisa.
Tahun ini Hasan akan segera di angkat menjadi pewaris Nafathar Group, tapi Hasan menolak dengan tegas. Ia tidak suka dengan cara ini. Hasan perlu belajar lagi, memahami lagi, ia enggan gegabah dengan langsung menerima tanggung jawab itu sebelum ia memumpuni di bidang itu. Karena yang akan dia pimpin adalah perusahaan besar milik mendiang kakeknya.
Iya, Bagus sudah meninggal satu tahun yang lalu. Kakek Hasan terlalu bersedih atas kematian Lisa dan Hasna, paruh baya itu sering sakit-sakitan dan berujung di rawat lagi di rumah sakit. Ia hanya ingin bersama Lisa, itu saja. Karena Mamanya sangat disayangi oleh kakeknya itu.
Jika Hasan bisa, mungkin Hasan juga akan sama seperti kakeknya. Tapi, dia memilih untuk tetap hidup demi Husein, adik kecilnya.
Suara decitan ayunan di halaman belakang mengusik telinga Hasan, yang dimana dirinya sedang pergi ke dapur untuk mencari cemilan yang cocok ia makan.
Hasan berjalan ke arah ayunan itu, ia mengukir senyuman hangat. Setelahnya, ia langsung menghampiri Husein yang tengah bermain sendiri di halaman belakang rumahnya.
"Husein lagi apa?" tanya Hasan sembari menghampiri Husein. Husein nampak fokus mewarnai gambar yang telah ia buat.
Selesai mewarnai, Husein menunjukan karyanya pada Hasan. Di gambar itu ada Ibu, Ayah, kedua kakaknya, dan Husein kecil yang tengah di kecup oleh Mamanya dengan dia yang memakai baju wisuda.
"Bilang sama mamaku, Husein mau ini. Dimana Mama, dimana Mama...," paksanya menggoyangkan tangan Hasan.
Hati Hasan terasa berdenyut nyeri, apalagi melihat wajah Husein yang terlihat kasihan.
"Dimana mamaku, dimana mamaku!" paksanya lagi, meminta jawaban kakaknya. "Mamanya temen-temenku mau datang di wisuda sekolahku, kenapa mama gak pernah mau datang, kak...,"
