Pop Orang Ketiga
Di dalam sebuah mobil yang sedang melaju, di jalanan sepi pinggiran kota pendidikan. Sebuah lagu terdengar mendayu – dayu dan dua orang di dalamnya, sangat menikmati lagu itu.
"Gimana skripsimu De.?" Tanya seorang pemuda, kepada seorang wanita yang duduk di sebelahnya.
"Lancar Mas. semoga semester depan Bulan bisa wisuda." Jawab Wanita yang bernama Bulan itu.
Bulan lalu membuka kaca jendela mobilnya, setelah itu dia mengambil rokoknya dan membakarnya.
"Baguslah." Ucap laki – laki itu, sambil menganggukan kepalanya pelan.
"Terus gimana Mas Purnama.?" Tanya Bulan kepada laki – laki yang duduk di sebelahnya itu.
"Aku sih menikmati kuliahku aja." Jawab Laki – laki yang bernama Purnama.
"Iya, tapi Mamah sama Oma Yanti ngomelnya ke Bulan." Ucap Bulan sambil menyandarkan kepalanya dikursi.
"Hehe." Purnama hanya tertawa, lalu dia diam.
Bulan pun tidak melanjutkan pembicaraannya. Dia hanya menikmati music dan isapan rokok ditangannya. Dia tampak sedang memikirkan sesuatu, entah masalah skripsinya atau masalah kehidupannya.
"De." Purnama memanggil Bulan lagi.
"Kenapa Mas.? Mau bahas masalah cintaku lagi.?" Jawab Bulan yang tau arah pembicaraan Purnama, lalu dia menghisap rokoknya.
"Aku gak akan pernah bosan bahas masalah itu De. Aku gak mau kamu kecewa dan larut dengan kesakitan yang pasti akan kamu alami." Ucap Purnama, sambil melirik ke arah Bulan.
"Mas. Bulan gak pernah mencampuri urusan cinta Mas Purnama, padahal kondisinya kurang lebih aja sama cinta Bulan. Kenapa Bulan berbicara seperti ini.? Karena kita berdua ini terlalu bodoh kalau berbicara masalah cinta." Ucap Bulan dan tatapannya lurus kedepan.
"Sudahlah Mas, kita nikmati saja cinta kita masing – masing dengan cara kita sendiri. Jangan bicara tentang sakit dan kecewa, karena kita berdua sadar memang itu resikonya." Ucap Bulan lagi, lalu dia menghisap rokoknya lagi dan membuang asapnya keluar jendela mobil yang terbuka.
"Huiiuufftt, huuuu." Purnama menarik nafasnya dalam – dalam, sambil menatap ke arah depan. Tatapannya menerawang dan terlihat cinta serta kebencian yang bergelut di bola matanya.
"Sudahlah Mas. Kalau Mas gak mau menanggung resikonya, lebih baik Mas singkirkan cinta itu dari dalam hati Mas sendiri." Ucap Bulan dan Purnama langsung melirik adik tersayang itu.
"Bukan cintaku yang akan aku singkirkan De, tapi orang yang menghalangi cintaku yang akan aku lenyapkan." Ucap Purnama dengan suara yang bergetar.
"Termasuk aku.?" Tanya Bulan pelan, sambil melihat ke arah Purnama.
CHHIITTTT.
Purnama langsung menginjak rem mobilnya, lalu.
BRUAKKK. TIINNNNN.
Purnama memukul stir mobilnya dan terkena klakson sampai berbunyi yang sangat keras sekali. Bulanpun terlihat santai melihat kemarahan sang kakak yang tiba – tiba itu.
"ANJING." Maki Purnama dan tatapannya berubah menjadi sangat tajam.
"Bingung ya Mas.? Sudahlah, kita nikmati saja semua ini. Kalau memang dendam itu yang menang dan cinta harus terkubur didalamnya, ya sudah, mau di apa.? Toh kita sudah sakit sekarang ini. Kalau cinta yang menang dan dendam larut didalamnya, berbahagialah." Ucap Bulan, lalu dia menarik isapan rokoknya dalam – dalam, setelah itu membuang puntung rokoknya keluar jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
M A T A H A R I
FantasyCerita 18+.. Lanjutan dari cerita Perjalanan Menggapai Cita Dan Cita