Pop Orang Ketiga
Didesa Jati Luhur, setelah pemakaman Dinda.. disebuah ruangan, dua orang laki – laki sedang duduk dikursi.. ruangan itu dulunya adalah ruang istirahat, orang tua yang sangat dihormati didesa itu.. Mbah Jati..
"le.. sekarang lebih baik kamu pulang kepulau seberang.." ucap seorang laki – laki sepuh yang bernama Gito..
"ngga lek.. Sandi ingin menyelidiki semua ini sampai tuntas.." ucap laki – laki lainnya yang bernama Sandi dengan santainya..
"ini bukan perangmu le.. sudah cukup pertempuranmu waktu itu, ketika kamu sudah menumbangkan Cakra.." ucap Gito lalu dia menghisap rokoknya dalam - dalam..
"justru itu yang membuat Sandi khawatir lek.. musuh kali ini kelihatannya lebih kuat dari Cakra.. Sandi khawatir dengan kondisi Angger dan Gagah, serta semua keluarga besar pondok merah.. belum lagi nanti Banyu dan Bening menyusul kekota pendidikan.." ucap Sandi sambil menatap adik Ayahnya itu..
"Ayahmu dulu juga sama seperti kamu le.. dulu Ayahmu sangat khawatir, ketika kamu sudah berhadapan dengan aliansi selatan dan kelompok utama Cakra.. Ayahmu sampai melibatkan semua jaringannya untuk melindungimu.." ucap Gito dengan tenangnya..
"dan Ayah juga turun langsung waktu perang besar dimulai kan..?" ucap Sandi..
"tapi bukan Ayahmu yang menumbangkan Cakra kan..?" ucap Gito dengan tenangnya lalu menghisap rokoknya lagi..
"apa ini berarti Angger harus menghadapi orang yang misterius itu..?" tanya Sandi..
"entahlah.." Jawab Gito..
"hiuuffttt.. huuu.. sebenarnya Sandi paham dengan maksud Paklek.. Ayah memang tidak terlibat langsung dalam penyelidikan.. Ayah hanya menyuruh jaringannya untuk melacak dimana keberadaan Cakra dan jaringan Ayah juga memantauku serta semua keluarga pondok merah.. itukan maksud Paklek..? ini beda cerita lek.. Ayah mungkin bisa melakukan itu, karena Ayah telah mengetahui tentang kekuatan Cakra.. jadi hanya jaringannya saja yang bergerak.." ucap Sandi sambil mengalihkan pandangannya ke dipan yang sudah tua, tempat dimana Mbahnya dulu beristirahat dan sekarang masih terlihat kokoh itu..
"tapi akhirnya kan kamu juga yang menemukan Cakra.." ucap Gito dan Sandi langsung terdiam mendengar ucapan sang paman..
"le.. Paklek gak melarang kamu untuk terlibat dalam perang ini dan paklek juga sadar, kamu pasti akan terlibat dalam perang ini.. silahkan mainkan peranmu disana sebagai pelindung dan penjaga pondok merah.. tapi ingat, kamu bukan pemeran utama disini.. mainkan saja peranmu itu sesusai dengan porsimu.. masalah duel pamungkas, lihat aja nanti akhirnya.. kamu atau Angger yang akan menghadapi musuh misterius ini.. sekarang yang terpenting, lepaskan lah anak – anakmu itu.. biarkan mereka mencari Jati yang ada didiri mereka dengan cara mereka masing – masing.."
"Paklek tau kamu sangat sayang dan sangat khawatir dengan semua anak - anakmu.. tapi jangan seperti ini, bermain cantiklah seperti Ayahmu.. lepaskan mereka tapi tetap dalam pantauanmu, biarkan mereka menjadi anak – anak yang tangguh dan kuat seperti kamu waktu muda.. jangan biarkan mereka menjadi anak yang lemah dan bergantung pada nama besar Ayahnya.. semakin besar permasalahan yang mereka hadapi, mereka akan semakin tangguh menghadapi kerasnya dunia ini.. percayalah pada anak – anakmu itu le.." ucap Gito sambil melirik kearah Sandi lalu melihat kearah dipan juga..
"ingatlah ketika Ayahmu mendidik kamu waktu itu.. kamu terluka, kamu sekarat, kamu tergeletak dirumah sakit, kamu tergeletak dijalanan.. satu, dua, tiga bahkan puluhan orang yang mengeroyok kamu.. Ayahmu hanya membiarkan saja.. justru ibumu yang sangat marah kepada Ayahmu, kenapa membiarkan kamu terbantai seperti itu.. dan Ayahmu baru turun tangan ketika kamu sudah benar – benar terjatuh dan butuh pelukannya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
M A T A H A R I
FantasíaCerita 18+.. Lanjutan dari cerita Perjalanan Menggapai Cita Dan Cita