Pov Banyu
Brummmm.
Aku menarik gas motor sport yang aku kendarai ini dengan kencangnya. Pagi buta ini aku menuju kekampus teknik kuru, untuk persiapan orientasi besok. Dengan wajah yang masih terlihat agak membiru dan hati yang terasa kelabu, karena pertempuran seminggu yang lalu, aku menyiapkan diri untuk pelaksanaan orientasi.
Rasa kehilangan dan juga bersalah akibat kematian Mas Purnama, masih terus membekas dihatiku. Aku tidak pernah tenang setelah kejadian hari itu, karena wajah Mas Purnama ketika menjemput ajalnya, terus terbayang dimataku.
Dendam, marah dan benci, terus menggelora didalam diri ini dan tidak akan hilang selamanya. Walapun nyawa para bajingan itu sebagai penebusnya, rasa bersalah ini pasti akan terus terasa didalam hatiku.
Brummmm.
Aku terus menarik gas sepeda motor dan sengaja aku berangkat lebih pagi, karena aku ingin singgah ke kosan Black house terlebih dahulu. Aku belum sempat berkunjung kekosan Black house, setelah pertempuran minggu lalu dan juga setelah kematian Mas Purnama. Aku ingin meminta maaf kepada mereka dan ada juga sedikit keperluanku dengan salah satu anak Black house.
Brummm.
Aku memelankan sedikit laju kendaraanku, untuk mencari kosan Black house, ketika aku sudah menyusuri jalan samping kampus kuru. Aku tidak pernah kekosan itu dan aku hanya berbekal sedikit informasi dari teman – teman Pondok merah, yang pernah bercerita tentang penyerangan ke Black house. Akupun sengaja tidak bertanya kepada Mas – Masku atau dengan teman – teman Pondok merah, tentang alamat kosan Black house dan kunjunganku kali ini. Kalau sampai mereka tau aku kekosan Black house, aku takut mereka semua akan mendampingi aku dan kunjunganku bisa tidak sesuai dengan rencana.
Beberapa saat kemudian, aku melihat sebuah bangunan kosan yang sangat besar dan berwarna hitam. Kosan itu terlihat sangar dan juga menyeramkan, padahal ini pagi hari. Bagaimana kalau aku berkunjungnya pada malam hari.? Apa gak terlihat semakin mengerikan.?
Itu pasti kosan Black house yang aku cari dan aku langsung berhenti didepan bangunan kosan itu.
Aku parkirkan sepeda motor sport didepan pintu kosan, lalu aku turun dan berjalan ke arah pintu kosan yang tertutup rapat itu.
TOK, TOK, TOK, TOK, TOK.
Aku mengetuk pintu kosan dengan cukup keras, tapi tidak ada sahutan dari dalam. Suasana didalam sana terasa sunyi dan juga hening. Tidak ada terdengar suara orang atau aktifitas didalam sana.
TOK, TOK, TOK, TOK, TOK.
Kembali aku mengetuk pintu itu dengan keras, tapi tetap tidak ada yang menyahut.
TOK, TOK, TOK, TOK, TOK.
Aku ketuk lagi, setelah itu aku menunggu beberapa saat.
Karena tidak ada sahutan dan pintu ini tidak terbuka juga, akupun mencoba membuka pintu yang ternyata tidak terkunci itu, sambil melepas kacamata hitam yang aku kenakan, lalu menggantungkannya dibagian depan kerah bajuku.
Lalu dengan memberanikan diri, akupun masuk kedalam kosan Black house. Suasana sepi dan juga hawa yang dingin, menyambutku ketika aku sudah berada didalam kosan. Tidak ada tanda – tanda kehidupan dan tidak ada suara yang terdengar dari kamar – kamar yang tertutup rapat.
Satu ruang lorong terlihat gelap dan dua ruang lorong sedikit bercahaya, karena ada beberapa titik lampu yang menyala dengan cahaya yang redup.
"Permisi." Ucapku dan suaraku menggema didalam ruang tengah yang besar ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
M A T A H A R I
FantasyCerita 18+.. Lanjutan dari cerita Perjalanan Menggapai Cita Dan Cita