BAGIAN 59 TERBUAI DENGAN CINTA DAN LUPA SEGALANYA..

4.2K 102 35
                                    


Pop Angger.

"Mas." Panggil Lia yang duduk disebelah kiriku, sambil memegang punggung tangan kananku yang berada diatas meja. Hawa yang sangat dingin di malam hari ini, langsung terasa hangat oleh telapak tangannya yang sangat lembut itu.

Kami berdua saat ini berada disebuah café yang ada dikota Apel. Cafe yang mempunyai halaman belakang luas dan berada ditempat ketinggian. Dari tempat yang kami duduki ini, terlihat lampu – lampu yang menyala di Kota Pendidikan dan juga kota - kota yang ada disekitarnya. Bulan dan bintang juga bersinar dengan terangnya, seperti tidak mau kalah dengan lampu – lampu yang menyala itu.

Pemandangan yang sangat indah, apalagi aku menyaksikannya bersama Angelia putri Aldo. Wanita yang sudah berdamai dengan diriku dan sudah dekat denganku lagi. Hubungan kamipun semakin hari semakin dekat dan menjurus ke arah mesra, tapi tanpa ada 'ikatan resmi'. Ya contohnya saat ini. Lia yang memegang punggung tangan kiriku, perlahan meletakkan kepala bagian sampingnya dibahu kiriku.

Senang.? Pasti senanglah. Siapa yang gak senang diperlakukan seperti ini oleh seorang wanita, apalagi wanita itu cinta pertamanya.

Bahagia.? Tentu sajalah. Aku sampai tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia yang ada didalam hatiku ini.

Terus.? Bingunglah. Bingung karena ke tidak jelasan status hubungan kami ini.

Kenapa seperti itu dan kenapa aku tidak mengungkapkan perasaan yang mengganggu pikiranku ini.?

Aku sudah sekali mengungkapkannya waktu itu dan Lia tidak menjawabnya. Bagiku cukup sekali saja aku mengajaknya kembali dan aku tidak akan mengungkapkan rasa ini berkali – kali. Bukan karena aku tidak mau memperjuangkan cintaku kepadanya, tapi aku tidak ingin membuatnya merasa tidak nyaman, ketika berada didekatku. Aku juga tidak ingin memaksanya yang mungkin masih belum siap untuk melanjutkan hubungan kami.

Dan resikonya, tentu saja aku akan tersiksa dengan perasaanku ini dan aku tidak boleh menunjukannya dihadapan Lia. Aku harus terlihat tegar dan aku harus bisa tersenyum, seperti dirinya ketika berjumpa denganku.

Hiuuffftt, huuuu.

"Mas. Kok diam aja.?" Tanya Lia yang mengejutkanku dari lamunan.

Lia mengangkat wajahnya dari pundakku, dengan tetap menggenggam punggung tangan kiriku. Akupun langsung melihat ke arah Lia, sambil tersenyum kepadanya.

"Mas gak nyaman ya, duduk bareng Lia.?" Tanya Lia.

"Enggak, gak seperti itu. Aku cuman lagi menikmati pemandangan yang sangat indah didepan sana." Ucapku sambil melihat ke arah Kota Pendidikan dibawah sana.

"Menikmati pemandangan atau lagi berdebat dengan diri sendiri.?" Tanya Lia dan perlahan dia melepaskan genggamannya ditanganku.

Akupun langsung melihat ke arahnya dan dia tetap melihat ke arah depan.

"Maafkan Lia Mas. Maafkan Lia yang hanya bisa membuat beban pikiran Mas dan pasti Mas lelah dengan semua ini." Ucap Lia pelan sambil menunduk sejenak, lalu dia mengangkat wajahnya lagi dan sekarang dia melihat ke arahku.

Matanya menatap ke arah mataku, dengan tatapan yang sangat dalam sekali. Tatapannya itu seperti menaruh harapan yang sangat besar kepadaku dan menginginkan ketegasan cinta dariku.

Apakah ini pertanda dia sudah siap untuk melanjutkan hubungannya denganku dan aku harus memulainya terlebih dahulu.?

Tapi bagaimana kalau itu hanya perasaanku saja.? Terus kalau seandainya aku mengungkapkan perasaan ini dan dia tidak menjawabnya lagi, bagaimana.?

M A T A H A R ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang