Pop Gagah
Bruak.
Terdengar suara pintu yang ditutup dari arah kamar Bang Badai.
"Kenapa lagi Bang Badai itu.?" Tanya Mas Angger kepadaku, yang lagi mengerjakan tugas dimeja belajarnya.
"Gak tau Mas. Mungkin lagi kumat gilanya." Jawabku yang lagi rebahan diatas kasurku yang empuk.
"Memang aneh manusia satu itu." Ucap Mas Angger, lalu dia melanjutkan mengerjakan tugasnya.
"Bang Badai aja yang aneh, atau kita juga aneh Mas.?" Tanyaku yang mengajak bercanda Mas Angger, karena dia terlihat serius sekali dari tadi.
"Kalian berdua aja yang aneh, aku gak ikutan aneh." Jawab Mas Angger, sambil terus mengerjakan tugasnya dan tidak melihat kearahku.
"Kita kan satu pabrikan Mas." Ucapku.
"Tapi aku produk yang berhasil." Jawab Mas Angger dengan cueknya.
Anjing, enak banget jawabnya Mas Angger ini. Untung dia Masku, kalau orang lain sudah kukasih tendangan mautku dari tadi.
"Hahaha." Dan aku pun hanya tertawa mendengar jawaban Mas Angger itu.
Aku lalu bangkit dari kasurku, dan meraih rokokku lalu membakarnya.
"Dua minggu lagi, Bening sama Banyu sudah kesini loh Mas." Ucapku dan Mas Angger langsung menghentikan mengerjakan tugasnya.
"Terus.?" Tanya Mas Angger sambil mengambil permennya dikantong, lalu membukanya dan mengemutnya.
"Kalau Banyu bisa tinggal disini, kalau Bening bagaimana.?" Tanyaku.
"Sementara biar aja tinggal disini dulu." Jawab Mas Angger sambil memegang batang permennya, lalu mengemutnya lagi.
"Ha.? Tidur dimana dia Mas.?" Tanyaku lagi.
"Dikamar inilah." Jawab Mas Angger singkat.
"Terus kita.?" Tanyaku dengan herannya.
"Aku itu sembarang aja tidurnya De. Kalau kamu itu malah gak perlu mikir. Tidur dilantai ruang tengah aja, sudah biasa kok." Ucap Mas Angger yang menyindir kebiasaanku ketika sudah mabuk.
"Apasih Mas." ucapku pelan.
Bruak.
Terdengar bunyi pintu kamar Bang Badai yang ditutup lagi.
"Kanapa sih Bang Badai itu.? Coba kamu cek De." Ucap Mas Angger kepadaku.
"Kumat memang gilanya." Ucapku lalu aku berdiri dan berjalan kearah pintu kamarku, sambil menghisap rokokku.
Dan ketika aku keluar kamar, Bang Badai juga keluar kamar dengan berpakaian yang cukup rapi. Bang Badai terlihat agak bingung dan terburu – buru.
"Mau kemana Bang.?" Tanyaku.
"Pulang." Jawab Bang Badai singkat.
Ha, pulang.? Pulang kemana.? Kok aneh banget sih Bang Badai ini.?
"Pulang kemana.?" Tanyaku yang terkejut mendengar jawaban Bang Badai tadi.
"Kerumahku. Oh iya, kamarku gak aku kunci, kamu tidur aja dikamarku." Jawab Bang Badai sambil melihat kearahku dan aku semakin terkejut dibuatnya.
"Ada apa Bang.? Aku temanin ya.?" Ucapku dan Bang Badai langsung menggelengkan kepalanya, lalu aku berjalan kearah pintu kosan.
"Aku antar keterminal kalau gitu." Ucapku dan dari arah pintu kosan, Mas Kenzie baru datang dengan menggunakan sepeda motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
M A T A H A R I
FantasíaCerita 18+.. Lanjutan dari cerita Perjalanan Menggapai Cita Dan Cita