BAGIAN 61 Ketika Iblis Pencabut Nyawa Sudah Mengintai..

3.6K 107 39
                                    


Pov Angger

Ketika cinta dan sayang membutakan segalanya, nyawa menjadi taruhannya dan orang yang tidak bersalah akan menjadi korbannya.

Ketika nafsu dan amarah menguasai pikiran, akal menjadi tak berguna dan hati akan mati.

Ketika kedukaan dan kebencian menyatu di dalam dendam, darah dan air mata akan mengalir dengan derasnya.

Dan ketika semua itu sudah mendarah daging, iblis pencabut nyawa akan mengintai dan kamu tidak akan bisa berlari.


Bruummmm. Chiitttttt.

Banyu menghentikan sepeda motor yang kami tumpangi tepat dibelakang mobil sport dan kami memasuki pergudangan tua yang tidak terpakai.

Aku langsung meloncat dari atas sepeda motor dan Banyu mematikan mesinnya. Seketika itu juga puluhan anggota BD berlari ke arahku dan aku langsung bersiap menyambut serangan mereka.

WUUTTT.

Aku memiringkan wajahku untuk menghindari hantaman salah satu orang penyerangku.

WUUTTT.

Seseorang lainnya meloncat sambil menendang ke arahku dan aku langsung memundurkan tubuhku.

Mereka melakukan serangan bersama - sama dan secara membabi – buta.

WUUTTT, WUUTTT, WUUTTT.

Setelah beberapa kali aku menghindari serangan mereka, aku menarik kerah baju salah satu penyerangku dengan tangan kiriku, lalu aku menghantam batang hidungnya dengan kepalan tangan kananku.

BUUHGGG, KRAAAKKK.

"ARRGHHHH." Teriaknya kesakitan dan darah langsung menyembur dari hidungnya.

Satu orang menyerangku dari arah kanan dan kembali aku menarik kerah baju orang yang hidungnya aku patahkan, untuk kujadikan tameng hidup.

BUHHGGGG.

Orang itu terkena pukulan temannya sendiri, dibagian telinga kirinya dan kepalanya oleng ke arahku.

"ARRGGHHHH." Kembali dia berteriak kesakitan, sambil menoleh ke arah temannya yang memukulnya tadi.

BUHHGGGG.

Aku hantam telinga bagian kanannya dan orang itu langsung oleng kekiri.

"ARRGHHH, COKKKK." Teriaknya dan lubang telinga kanannya mengeluarkan darah segar.

Aku putarkan pegangan tanganku dikerah bajunya, sampai dia terseret kekiri dan aku langsung menginjak perut temannya yang memukul telinga kirinya tadi.

BUHGGGGG.

"HUUPPP." Orang itu termundur dan kembali aku memutarkan tubuhku, untuk menyerang lawanku yang lain lagi.

BUHGGGGG, BUHGGGGG, BUHGGGGG.

Aku tidak melepaskan cengkramanku dikerah baju orang yang aku hajar batang hidung dan telinganya tadi, karena dia tetap aku jadikan tameng dari serangan teman – temannya yang jumlahnya banyak ini.

BUHGGGGG, BUHGGGGG, BUHGGGGG.

Aku menghajar beberapa orang menggunakan kepalan tanganku dan aku juga menendang serta menginjak menggunakan kedua kakiku bergantian. Aku sangat leluasa menghajar mereka, sedangkan mereka agak setengah hati menyerangku, karena takut mengenai temannya yang kujadikan tameng hidup.

BUHGGGGG, BUHGGGGG, BUHGGGGG.

"ARRGGGGHHHH." Orang yang aku jadikan tameng ini terkena beberapa pukulan dari teman – temannya dan dia mencoba melepaskan cengkraman tanganku dikerahnya.

M A T A H A R ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang