BAGIAN 71 PERTARUNGAN YANG BELUM USAI

10.9K 162 196
                                    


Pov Abimanyu

"Apa yang kamu lihat.?" Tanya Om Damar kepadaku dan saat ini kami sedang berada di sebuah café.

Café ini tempatnya berada dilantai paling atas sebuah hotel dan pemandangan dari café ini sangat luar biasa indah. Bagian atas langsung beratapkan langit, sedangkan dibagian sisi - sisinya pemandangan pegunungan yang mengelilingi Kota Pariwisata terlihat berdiri dengan gagahnya.

Oh iya, Om Damar adalah adik Ayahku yang datang dari Desa Sumber Banyu dan beliau menginap dihotel ini karena ada pekerjaan di Kota ini.

"Apa yang kamu lihat dan apa yang kamu rasakan.?" Tanya Om Damar lagi, karena aku tidak menjawab pertanyaannya.

Kembali aku tidak menjawab pertanyaan Om Damar, karena aku sedang melihat ke arah gerhana bulan yang sedikit lagi mencapai puncaknya. Fenomena alam ini membuat aura misitis yang begitu kuat, sangat terasa disekitarku dan juga diatas langit sana. Satu persatu makhluk astral menampakkan wujudnya disekitarku dan jumlahnya sangat banyak sekali. Sedangkan diatas langit sana, bayangan hitam yang menutupi cahaya bulan terlihat menyeramkan dan seluruh tubuhku merinding dibuatnya.

Berada didalam situasi yang seperti ini, pandangan matakupun perlahan berubah menjadi berwarna bening dan aku tidak focus lagi dengan Om Damar yang duduk dihadapanku.

"Hu, hu, hu, hu, hu." Nafasku mulai cepat dan memburu, seiring dengan bulan yang sudah tertutup sempurna oleh bayangan hitam.

Tiba – tiba sesosok makhluk raksasa dengan wajah yang sangat menyeramkan, muncul dari balik gunung dikejauhan sana. Wajah makhluk itu begitu mengerikan, dengan dua tanduk disamping kanan dan kiri atas kepalanya, serta satu tanduk dijidatnya. Warna bola matanya terlihat seperti api yang terbakar, lobang hidung yang besar dan rata dengan wajah. Gigi – gigi taringnya terlihat tajam dan keluar dari mulutnya.

Makhluk itu berjalan kearahku dengan sorot mata yang berapi – api dan ditangan kirinya dia membawa tombak dengan tiga mata diujungnya.

Makhluk itu berjalan menembus hutan belantara dan tingginya pohon dihutan itu hanya sebatas lututnya saja.

"HORRGGGG, HORRGGGG, HORRRGGGG." Deru nafas makhluk itu terdengar sampai ditelingaku, padahal jaraknya masih sangat jauh dari hotel ini.

"Nyu." Panggil Om Damar dan aku tetap tidak menghiraukan panggilannya ataupun menoleh ke arahnya. Pandanganku tetap mengarah kepada makhluk yang sangat menyeramkan itu.

"HORRGGGG, HORRGGGG, HORRRGGGG." Suara nafasnya semakin terdengar keras dan jaraknya mulai dekat dengan posisiku yang masih duduk ini.

Akupun langsung berdiri lalu berjalan ke arah mahluk itu dan aku berhenti tepat dipagar kaca yang ada dihadapanku.

"Abimanyu." Panggil Om Damar yang ada dibelakangku dan bertepatan dengan makhluk itu yang berdiri dihadapanku.

Makhluk itu benar – baner sangat besar dan tinggi sekali. Walaupun kakinya menapak ditanah, aku yang berdiri dilantai belasan hotel ini harus mendangakan kepalaku untuk bisa menatap wajahnya.

"HORRGGGG, HORRGGGG, HORRRGGGG." Hembusan nafasnya terasa diwajahku, tapi itu tidak membuatku takut sedikitpun kepadanya.

Walaupun tubuhku sebenarnya merinding, tapi tatapan mataku yang berwarna bening ini terus menatap ke arah bola matanya yang sedang menyala itu.

"Pergi dari kota ini dan jangan ikut campur dengan masalah yang bukan urusanmu." Ucap makhluk itu dengan suara yang berat dan parau.

"Memangnya kamu siapa, sampai berani mengusir aku dari kota ini.?" Tanyaku sambil terus menatap matanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

M A T A H A R ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang