BAGIAN 60 AMARAH DAN CINTA

3.2K 111 38
                                    


Pov Gagah

Brummm.

Mobil sport putih yang kukendarai melaju membelah hujan yang turun dengan derasnya, sementara mobil sport berwarna hitam yang kami kejar juga melaju dijalanan yang sepi ini.

CLAPPP, CLAPPP, CLAPPP.

DUARRR, DUARRR, DUARRR.

Kilatan petir dan suara yang menggelegar, akhirnya ikut datang dan itu membuat suasana hatiku semakin tegang.

Aku menginjak gas sangat dalam, lalu melepaskannya sambil sesekali memainkan perseneling mobil yang aku kendarai ini. Berkat sedikit keahlianku dalam menyetir, aku bisa mengejar mobil sport hitam itu dan aku sekarang tepat berada dibelakangnya.

Brummmm, chitttttt, chitttttt.

Aku menginjak rem mobil, ketika aku akan menyalip mobil itu dari kanan, tapi mobilnya juga memepet ke arah kanan. Kalau saja didalam mobil itu tidak ada Bening atau Bulan, sudah aku tabrak dari belakang. Bajingan.

Brummm. Brummm. Brummm.

Mobil itu melaju dengan zig zag dan pengemudi bangsat itu pasti tidak ingin aku potong jalannya. Entah sudah berapa kali aku menginjak rem, karena jarak antara bemper depan mobilku dan bemper belakang mobil hitam itu sangat dekat .

Konsentrasiku sedikit terpecah, karena selain harus mengejar mobil yang ada didepanku, aku juga memikirkan mobil yang dikejar oleh Mas Angger dan Banyu. Kalau seandainya dua mobil mereka satu arah, kami berempat pasti lebih leluasa untuk menghabisi musuh – musuh kami.

Brummm. Brummm. Brummm.

Mobil mengarah kepinggiran Kota Pendidikan dan memasuki kawasan hutan, dengan diiringi hujan yang semakin deras dan gemuruh petir yang bersahut – sahutan.

CLAPPP, CLAPPP, CLAPPP.

DUARRR, DUARRR, DUARRR.

Mobil didepan terus melaju dengan zigzag dan aku tetap tidak bisa menyalipnya.

Brummm. Brummm. Brummm.

Jalanan mulai menanjak dan kami melewati beberapa villa.

Aku sempat melirik sebentar ke arah Bang Badai yang duduk disebelahku, yang tidak berbicara sedikitpun dari tadi. Tatapan matanya yang tajam terus kedepan dan terlihat mengeluarkan cahaya berwarna merah seperti darah. Tangannya kanannya yang berada diatas pahanya terkepal dengan kuat dan aura mistis sangat terasa mengelilingi tubuhnya.

Gila. Bang Badai pasti sedang teringat dengan kejadian yang sudah menimpa Mba Devi dan Bang Badai pasti akan menggila setelah ini. Apalagi ditambah dengan penculikan Bening, emosi Bang Badai pasti akan berada pada titik puncaknya.

Bajingan. Aku juga merasakan hawa yang sangat panas dari dalam tubuhku dan hawa itu seperti ingin meledakkan seluruh tubuhku.

"Darah, darah, darah. Aku ingin darah segar. Herg, herg, her, herg." Suara kakek tua menggema dikepalaku dan itu membuat emosiku bangkit sebangkit – bangkitnya.

Brummmm, chitttttt, chitttttt.

Mobil sport berwarna hitam itu langsung belok kekanan dan masuk kedalam garasi sebuah villa, lalu berhenti didalam garasi yang sangat luas sekali.

Brummmm, chitttttt, chitttttt.

Aku berhenti tepat dibelakang mobil hitam itu dan puluhan orang berbaju hitam sudah menunggu kedatangan kami. Mobil kami berdua langsung dikepung dan beberapa orang lainnya membuka pintu belakang mobil berwarna hitam.

Kletek. Dukkkk.

Bang Badai langsung membuka pintu mobil dan pintunya mengenai salah satu orang yang mengelilingi mobil kami.

M A T A H A R ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang