Setelah hari itu Jaemin berpikir bahwa dirinya memang tidak mampu bersaing dengan orang-orang yang juga menyukai atau mengagumi Jeno. Jaemin hanyalah pemuda biasa yang manja dan lugu. Penampilannya sama sekali tidak modis, tutur katanya pun masih seperti anak kecil.
Tetapi Jaemin masih setia bersikeras untuk mengejar Jeno kapanpun itu. Ia selalu meletakkan sebuah roti dan susu di atas meja kelas Jeno di pagi buta ketika para murid belum datang ke sekolah. Setiap hari pun seperti itu bahkan dirinya mengorbankan setengah uang sakunya untuk membeli makanan ringan untuk diberikan kepada Jeno. Setiap malam ia akan duduk di atas kursi belajarnya sambil menuliskan impian-impian yang ingin ia capai bersama Jeno.
Entah itu bermain bersama di luar jam sekolah, memasak bersama, belajar bersama, atau melihat bintang pada malam hari. Dengan wajah memerahnya Jaemin menuliskan bahwa dirinya ingin sekali menikah dengan Jeno dan hidup bahagia seperti orang tuanya.
Jaemin menghela nafas panjang. Besok adalah hari kelulusan sekolahnya dimana habis sudah masa SMP dan akan digantikan dengan masa SMA pada waktu mendatang. Jaemin sudah mempersiapkan hadiah kecil untuk Jeno yaitu sebuah buku catatan berwarna biru muda yang sampulnya sudah dihias dengan stiker-stiker lucu. Jaemin juga menyusun stiker nama di pojok kiri sampul buku membentuk nama Jung Jeno. Terlihat kekanakan dan sangat sederhana memang tapi Jaemin harap Jeno akan menerimanya dan menggunakannya sebagai buku catatan harian.
Lantas Jaemin pun tersenyum simpul. Ia memeluk benda yang sudah dilapisi kertas kado berwarna biru muda itu dengan gemas lalu mengecupnya pelan. Ia pun terkekeh geli, berpikir kenapa dirinya sebegitu mencintai dan mengagumi seorang Jung Jeno.
"Selamat malam Jeno, sampai ketemu besok."
.
.
.
.
.
.Keesokan harinya Jaemin sudah siap dengan setelan jasnya yang Sicheng belikan tempo hari. Ia memeriksa penampilannya kembali di depan kaca sebelum meraih sebuah paper bag berisi kado untuk Jeno. Ia menatap isinya sebentar sebelum berjalan ke luar kamar dan menuruni tangga. Di ruang tamu ada Sicheng dan Yuta yang kini memandangnya sambil tersenyum bangga. Tidak terasa bayi mereka akan lulus SMP hari ini.
Lalu ketiganya berangkat ke tempat dimana acara kelulusan sekolah Jaemin dilaksanakan. Diam-diam Sicheng melirik putra semata wayangnya lewat kaca spion, anak itu tampak bersemu dan tersenyum kecil. Sicheng pun menggeleng kecil, Jaemin benar-benar menggemaskan.
Sesampainya mereka di gedung aula itu mereka berjalan masuk ke dalam. Yuta dan Sicheng menyapa orang tua murid yang mereka kenal sedangkan Jaemin sudah menempati kursi yang sudah disediakan. Matanya tampak menelisik sekitar, Jaemin menyapu pandangan sebelum dirinya melihat pujaan hatinya datang dari pintu masuk bersama orang tuanya.
Mulut Jaemin terbuka dan matanya mengerjap berulang kali. Jeno yang datang bersama kedua orang tuanya berhasil menarik perhatian semua orang di ruangan itu. Mereka dibuat takjub dengan tiga orang bergolongan konglomerat tersebut karena penampilan mereka yang sederhana tapi terlihat mahal serta wajah mereka yang rupawan. Jaemin mengalihkan pandangannya ke arah Jeno yang terlihat begitu tampan hari ini, tiba-tiba Jeno menoleh ke arahnya membuat Jaemin terkejut lalu menunduk malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[REVISI] positions. | JenoJaemin
Fanfiction[REVISI] Terakhir kali Jeno melihatnya, dia hanyalah seorang anak laki-laki labil yang tidak mengerti apa itu cinta. Penampilannya culun, senyuman lebar seperti badut, dan rambut berbentuk mangkuk. Namun semuanya berbeda ketika Jeno datang ke sebuah...